Makassar (Antara Sulsel) - Konsulat Jenderal Australia di Makassar menggelar pameran "Budjung" dengan mengambil tempat di Museum Kota Makassar sekaligus mempererat kembali jalinan persahabatan dua negara khususnya pada suku Makassar dan Aborigin, Australia.

"Ini adalah upaya dalam melestarikan jalinan persahabatan dua suku dari dua negara berbeda yang sudah tercipta sebelum abad 17," ujar Konsulat Jenderal Australia untuk Makassar, Richard Matthews di Makassar, Selasa.

Ia menjelaskan, "Budjung" atau periuk adalah kata serapan suku Makassar dan Bugis yang juga digunakan oleh masyarakat asli suku Aborigin, Australia yang merupakan salah satu jejak sejarah kedua suku.

Dalam pameran yang ditampilkan di museum kota itu, menampilkan budjung atau periuk dari tanah liat buah karya warga dari suku Makassar yang berada di Kabupaten Takalar.

Budjung yang telah dibuat oleh warga Takalar itu, kemudian dikirim ke Australia Utara untuk selanjutnya diolah dengan cara dilukis oleh seniman dari suku Aborigin.

"Jadi budjungnya atau periuknya itu dibuat di Kabupaten Takalar, tapi dilukis oleh orang-orang dari suku Aborigin. Setiap motif yang dilukis di atas budjung itu punya makna," katanya.

Richard Mathews menyatakan, budjung memberikan kesempatan kepada masyarakat Makassar untuk belajar lebih banyak mengenai hubungan penting yang bersejarah antara Australia Utara dan Sulawesi.

Termasuk kaitan bagaimana Indonesia khususnya suku Makassar memulai hubungan dalam jalur ekonomi yang dilakukan melalui proses perdagangan.

"Suku Makassar dan Aborigin dahulunya adalah dua suku bangsa yang dipertemukan lewat proses kerja sama mengumpulkan hasil laut teripang di Australia bagian utara pada abad ke-17. Melalui proses itu kemudian tercipta hubungan persahabatan," ucapnya.

Pertukaran seni dan budaya, lanjut dia, terjadi di masa itu. Namun, pada awal abad ke-20, kedua suku harus berpisah karena adanya larangan dari otoritas setempat yang diberlakukan.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024