Mamuju (Antara Sulbar) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Barat mengajak para pegiat seni dan budaya yang ada di daerah itu untuk bersama-sama menangkal faham terorisme.

Ketua FKPT Sulbar Muhammad Rahmad Sanusi di Mamuju, Kamis, menyatakan pelibatan komunitas seni dan budaya untuk ikut menangkal faham radikal dan aksi teroris di daerah itu sangat penting, mengingat kawasan tersebut merupakan jalur perlintasan yang menghubungkan sejumlah kota di beberapa provinsi, yakni, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur dan Kota Makassar Sulawesi Selatan serta Poso Sulawesi Tengah.

"Provinsi Sulawesi Barat berada di antara segitiga berbahaya sebab berbatasan langsung dengan Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan penyeberangan yang mudah ke Balikpapan Kalimatan Timur sehingga dapat dijadikan perlintasan maupun tempat persembunyian para pelaku teror maupun paham radikal," kata Rahmad Sanusi, pada Dialog Pelibatan Komunitas Seni dan Budaya Dalam Pencegahan Terorisme.

Dialog dengan tema `Sastra Cinta Damai Cegah Paham Radikal` yang digelar atas kerja sama FKPT dengan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) itu dihadiri para pegiat seni dan budaya di Provinsi Sulbar dengan menghadirkan nara sumber, sastrawan ternama Aceh Fikar W Eda yang juga jurnalis senior Serambi Indonesia serta Eka Budianta, sastwawan sekaligus penulis.

Pelibatan komunitas seni dan budaya dalam ikut menangkal paham radikal dan teroris menurut Rahmad Sanusi, dapat diaktualisasikan melalui karya seni yang berisi pesan moral untuk tetap menjaga kebhinekaan yang merupakan kekayaan dan karakteristik bangsa Indonesia.

"Pegiat seni dan budaya dapat berpartisipasi melalui karya-karya yang dihasilkan untuk mengajak seluruh elemen masyarakat, baik melalui puisi maupun karya sastra lainnya agar tetap menjaga perbedaan sebab itu sudah menjadi karakter bangsa Indonesia," kata Rahmad Sanusi, yang juga menjabat sebagai Kepala Kesbangpol Provinsi Sulbar.

Sementara itu, Staf Ahli Gubernur Sulbar Bidang Kemasyarakatan dan SDM Darno Majid, menyampaikan apresiasi kepada FKPT dan BNPT yang menggagas dialog dengan melibatkan pegiat seni dan budaya di daerah itu, termasuk sejumlah siswa yang ada di Kabupaten Mamuju.

"Kondisi negara kita saat ini memang tengah diuji dengan adanya keinginan orang atau kelompok tertentu yang ingin mengubah dasar negara kita. Melalui dialog seperti ini, apalagi dengan melibatkan para pegiat seni dan budaya serta kalangan generasi muda, dapat semakin menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air sebagai fondasi menangkal paham radikal dan teroris," ujar Darno Majid.

Ia kemudian mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama ikut menangkal dan memerangi faham radikal dan teroris, sesuai profesi masing-masing.

"Apapun profesi kita, mari bersama-sama ikut menjaga keuntuhan NKRI dan mewaspadai setiap gerakan yang dapat mengganggu kamtibmas, khususnya di wilayah Provinsi Sulbar," kata Darno Majid.

Sedangkan, sastrawan Aceh Fikar W Eda menceritakan bagaimana sebuah karya sastra yang dituangkan melalui puisi dapat menyelematkan warga sebuah pulau di daerah itu saat terjadi tsunami pada 2004.

Ia menyampaikan, melalui puisi dan kaya sastra lainnya dapat menggungah perasaan sehingga dapat mencegah manusia untuk bertindak dan membuat kerusakan terhadap alam dan peradaban.

Begitpun yang disampaikan Eka Budianta yang menyebut, melalui karya seni dan sastra dapat menjadi pemersatu terhadap perbedaan.

Ia juga mengajak para pegiat seni dan budaya di daerah itu, agar terus menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya yang ada di Sulbar yang merupakan sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia.

Pewarta : Amirullah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024