Makassar (Antara Sulbar) - Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Wilayah Sulawesi Barat, Muhdin menyatakan jika dua kelompok terbang (kloter) jamaah calon haji (JCH) yang diberangkatkan ke Mekah, Arab Saudi itu hanya 30 persen yang berisiko tinggi (risti).

"Umumnya yang berangkat ke tanah suci ini jamaah yang usianya di atas 50 tahun, tapi tingkat restinya kita hanya sekitar 30 persen lebih," ujar Muhdin yang ditemui di Asrama Haji Sudiang Makassar, Senin.

Ia mengatakan, jamaah calon haji dari daerahnya yang diberangkatkan pada gelombang pertama atau pada kloter 18 itu semuanya dalam keadaan sehat tanpa adanya kekhawatiran akan riwayat kesehatannya.

Tim dokter kesehatan pelabuhan yang bertugas di Poliklinik Asrama Haji Sudiang Makassar juga sudah memeriksa semua kelaikan terbangnya dan sudah memberikan gelang kepada masing-masing jamaah berdasarkan riwayat kesehatannya.

Tim dokter kesehatan sendiri membagi tiga gelangnya berdasarkan tingkat risikonya, yakni gelang merah yaitu JCH yang sudah lanjut atau berumur 60 tahun ke atas.

Kedua, gelang hijau yaitu orang yang sudah berumur tetapi sehat. Pada tahap ini, tingkat kekhawatiran tim pendamping ibadah haji (TPIH) tidak terlalu merisaukannya.

Sedangkan pada gelang berwarna kuning yaitu jamaah muda namun mempunyai riwayat kesehatan yang kurang baik berdasarkan buku kesehatannya.

"Untuk ukuran jamaah kita yang risti berdasarkan gelang merah itu cuma sekitar 30 persen. Memang banyak yang sudah tua karena memang daftar tunggunya sangat lama," katanya.

Adapun kuota haji yang didapatkannya pada tahun 2017 ini setelah tambahan yang dibagi rata seluruh Indonesia itu jumlahnya 1.473 orang JCH termasuk TPIH.

Selain itu, pada musim haji tahun 2017, Embarkasi Hasanuddin Makassar memberangkatkan 15.911 orang jamaah calon haji dari delapan provinsi di kawasan timur Indonesia (KTI).

"Pada musim haji 2017, kuota jamaah kembali normal yakni 35 kelompok terbang (kloter), sementara tahun lalu hanya ada 27 kloter," ucap Kepala Bidang Umroh dan Haji Kemenag Sulsel Kaswad Sartono.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024