Makassar (Antara Sulsel) - Eksplorasi dan verifikasi situs arkeologi bawah laut di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) masih sangat minim.
"Di Sulsel, khususnya Perairan Makassar sejauh ini ditemukan 50 situs arkeologi bawah laut, dari puluhan situs ini baru 10-20 yang telah dieksplorasi dan diverifikasi oleh Direktorat Perlindungan Cagar Budaya," kata Sekretaris Daerah Sulsel Abdul Latif pada Konferensi Asean-Unesco terhadap Perlindungan Cagar Budaya Bawah Laut di Benteng Rotterdam, Makassar, Selasa.
Untuk itu pihaknya berharap keterlibatan semua pihak melindungi warisan budaya maritim ini.
"Pekerjaan yang paling berat saat ini bagi kita adalah menjaga dari tindakan penjarahan terhadap muatan kapal-kapal karam ini," kata dia.
Menurut Direktur Perlindungan Cagar Budaya dan Museum Kemendikbud Harry Widianto Perairan Makassar merupakan salah satu pusat penemuan peninggalan bawah laut.
"Peninggalan bawah laut ini paling banyak ditemukan di Selat Malaka, Perairan Maluku dan Halmahera, serta Perairan Makassar," kata dia.
Harry menjelaskan situs-situs ini sangat penting dijaga, pasalnya bagi pemerintah Indonesia situs ini dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata.
Sementara bagi negara asal kapal karam tersebut, kawasan peninggalan bawah laut dianggap menjadi kuburan bagi para pahlawan mereka.
Untuk menjaga situs arkeologi ini, kata dia, Kemendikbud bekerja sama dengan Kepolisian, TNI dan Bakorkamla.
"Dengan adanya UU nomor 11 tahun 2010 tentang situs cagar budaya, pelaku penjarahan dan pengrusakan sudah bisa dijatuhi hukuman pidana," pungkasnya.
"Di Sulsel, khususnya Perairan Makassar sejauh ini ditemukan 50 situs arkeologi bawah laut, dari puluhan situs ini baru 10-20 yang telah dieksplorasi dan diverifikasi oleh Direktorat Perlindungan Cagar Budaya," kata Sekretaris Daerah Sulsel Abdul Latif pada Konferensi Asean-Unesco terhadap Perlindungan Cagar Budaya Bawah Laut di Benteng Rotterdam, Makassar, Selasa.
Untuk itu pihaknya berharap keterlibatan semua pihak melindungi warisan budaya maritim ini.
"Pekerjaan yang paling berat saat ini bagi kita adalah menjaga dari tindakan penjarahan terhadap muatan kapal-kapal karam ini," kata dia.
Menurut Direktur Perlindungan Cagar Budaya dan Museum Kemendikbud Harry Widianto Perairan Makassar merupakan salah satu pusat penemuan peninggalan bawah laut.
"Peninggalan bawah laut ini paling banyak ditemukan di Selat Malaka, Perairan Maluku dan Halmahera, serta Perairan Makassar," kata dia.
Harry menjelaskan situs-situs ini sangat penting dijaga, pasalnya bagi pemerintah Indonesia situs ini dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata.
Sementara bagi negara asal kapal karam tersebut, kawasan peninggalan bawah laut dianggap menjadi kuburan bagi para pahlawan mereka.
Untuk menjaga situs arkeologi ini, kata dia, Kemendikbud bekerja sama dengan Kepolisian, TNI dan Bakorkamla.
"Dengan adanya UU nomor 11 tahun 2010 tentang situs cagar budaya, pelaku penjarahan dan pengrusakan sudah bisa dijatuhi hukuman pidana," pungkasnya.