Jayapura (Antara Sulsel) - Ketua Umum DPD Akli Papua Asas Pangaribuan mengungkapkan masalah keterbatasan moda transportasi adalah hambtan utama untuk mewujudkan program "Papua Terang" yang dicanangkan oleh PT. PLN (Persero) dan ditargetkan selesai pada 2020.

"Kita memang banyak terkendala dalam hal angkutan, tapi apapun ceritanya kita harus lakukan. Seperti tiang listrik yang diangkut menggunakan pesawat kecil harus dipotong-potong hingga bisa muat di pesawat, nanti baru disambung lagi," ujarnya di jayapura, Kamis.

Ia menuturkan Akli sebagai rekanan dari PLN menjadi pihak yang harus turun langsung mengerjakan proyek pembangunan kelistrikan di seluruh wilayah Papua.

Dan dengan keterbatasan pilihan moda transportasi yang ada, biaya pembangunan tersebut menjadi sangat besar dibanding dengan pembangunan serupa di luar Papua.

"Biaya angkut ini bisa saja lebih tinggi dari pada ongkos materialnya, apa lagi kalau semakin jauh ke gunung," kata dia.

Ia memandang masalah tersebut akan bisa teratasi bila akses jalan darat ke seluruh wilayah Papua sudah terbuka.

"Kalau trans Papua sudah terhubung itu akan sangat membantu karena ongkos angkut akan terpotong," kata Asas.

Namun pihaknya terus berupaya mendukung PLN untuk mewujudkan Papua terang 2020, dan salah satunya adalah dengan memperbanyak keberadaan Gerai Listrik (Gelis) di wilayah pelosok/pedalaman.

"Memang kita sudah dapat tugas dari PLN untuk mendukung Papua terang. Disitulah Akli tertantang dan banyak anggota Akli yang mendirikan Gelis, itu adalah bagian dari upaya mendorong Papua terang," ujarnya lagi.

Sementara General Manager PLN wilayah papua dan Papua Barat Yohanes Sukrislismono sempat menuturkan setidaknya ada 2.500 desa/kampung yang menjadi target dari program "Papua Terang".

"Di Papua dan Papua Barat masih ada delapan ibu kota kabupaten yang belum berlistrik PLN, masih ada 350 ibu kota distrik yang belum berlistrik PLN, masih ada 2.500 desa yang belum berlistrik PLN, dan masih ada beberapa pulau dan daerah perbatasan yang belum berlistrik PLN," ujarnya. 

Pewarta : Dhias Suwandi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024