Makassar (Antara Sulsel) - Kepala Badan Narkotika (BNN) Komjen Pol Budi Waseso menyebutkan, negara saat ini sedang mengalami penyerangan Proxy War (Perang Proxy) melalui instrumen penyebaran narkoba sebagai senjatanya untuk merusak generasi bangsa.

"Indonesia sedang dilanda Proxy War yang menjadi ancaman bangsa. Jangan sampai terjadi perang candu, seperti di Tiongkok dengan Inggris. Tiongkok menjadi lemah karena disuplai candu dari Inggris,"ungkap Budi saat tatap muka bersama anggota TNI-Polri di Hotel Dalton Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.

Menurutnya, perang Narkoba melalui Proxy War sebagai instrumen penyebaran narkoba di Indonesia dengan tersebar pada 72 jaringan dari 11 negara yang mensuplai narkoba ke Indonesia.

Dalam satu jaringan, ungkap dia, dpat menghasilkan Rp1 triliun sehingga totalnya bisa mencapai Rp72 trililun. Proxy War, dilakukan mereka untuk menghancurkan negar.

Berdasarkan data yang ada, negara-negara penyuplai terbesar seluruhnya melewati Singapura dan Malaysia dan diteruskan ke negara tujuan pengiriman sabu-sabu ke Indonesia

Mantan Kabareskrim itu, mengatakan bahwa seluruh lapisan masyarakat telah terkontaminasi narkoba tidak pandang status sosial hal itu karena ada demand dan Suplai . Peredaran gelap narkoba telah menyasar dikalangan anak-anak.

Saat ini, kata pria disapa akrab Buwas ini, Indonesia sudah darurat narkoba, ada 50 orang perminggu, mati karena narkoba. Pada 2016, sebnyak 250 ton sabu masuk di Indonesia dengan 6,4 juta pengguna.

Bahkan sekarang ini, lanjutnya, ada 68 jenis narkoba beredar di Indonesia dari 300 jenis baru di dunia,  bahkan lebih dari itu. Data terakhir sebnyak 12 ton narkoba jenis PCC juga berhasil masuk ke Indonesia melalui Riau.

Untuk itu, papar Buwas, diperlukan sinergitas dalam pemberantasan narkoba. Sebab, narkoba adalah ancaman nyata bagi bangsa, kekuatan negara ada pada TNI-Polri.

"Bila ada terlibat narkoba, dipecat,kalau ada anggota menjadi bandar, terlibat narkoba mereka itu pengkhianat negara," tegasnya.

Selain itu, dirinya menyampaikan perlunya komitmen bersama dalam kebijakan berimbang dalam permasalahan Narkoba seperti poin pertama pada aspek pengurangan permintaan pangsa pasar.

Selanjutnya, mengembangkan sistem pertahanan diri masyarakat, mengembangkan sistem deteksi dini penyalahgunaan narkoba, mengoptimalkan peran serta instansi pemerintah, swasta, dan organisasi kemasyarakatan, mengembangkan layanan rehabilitasi pecandu narkoba secara terpadu dan berkelanjutan.

Untuk poin kedua dalam Aspek pengurangan pasokan, sebutnya, dengan memperkuat sistem interdiksi di wilayah jalur-jalur masuk, mengungkap jaringan tindak kejahatan narkoba, meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas instansi dan lintas negara dan mendorong eksekusi.

Perwira bintang tiga Polri ini kembali menegaskan, bagi penegak hukum semua berperan dalam menangkal keselamatan negara, serta harus bersinergi memerangi narkoba dengan mengimplementasikan Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan Peredaran Narkoba (P4GN).

Peran seluruh elemen bangsa dalam penanganan Narkoba yakni, Komitmen diri, Regulasi anti Narkoba, konsolidasi kekuatan, bersih Narkoba dan deteksi dini.

Sementara Kapolda Sulsel Irjen Pol Muktiono, menyampaikan bahwa ada 1.000 personil dari tiga angkatan TNI dan Polri hadir di tempat itu untuk mendengar arahan Kepala BNN, sebagai bagian dari koordinasi.

"Anggota TNI Polri senantiasa bersinergi, makanya wilayah Sulsel kondusif. Kami senantiasa jaga sinergitas, kami berbahagia bisa , bertatap muka langsung dengan Kepala BNN," tutur Kapolda Muktiono.

Kegiatan tatap muka bersama personil TNI - Polri dalam rangka peningkatan Sinergitas pencegahan, pemberantasan dan penyalahgunaan peredaran gelap, narkotika di wilayah Sulselbar.

Turut hadir Pangkoops AU, Wakapolda Sulsel Brigjen Pol. Drs. Mas Guntur Laupe , Kasdam XIV Hasanuddin, Para Pejabat Utama Polda Sulsel, dan 1.000 personil TNI-Polri dan BNN di wilayah Sulsel.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024