Makassar (Antaranews Sulsel) - Pelukis senior asal Makassar, Zaenal Beta, mengajari puluhan siswa Sekolah Dasar Negeri Kompleks Sambung Jawa Makassar, Sulawesi Selatan melukis dengan memanfaatkan air tanah liat sebagai bahan dasarnya.

"Semua bisa dijadikan bahan termasuk air tanah liat menjadi lukisan yang bagus. Air tanah liat ditaruhkan merata diatas kertas lalu terserah anak-anak mau menggambarkan apa kehendaknya setelah diberikan contoh," tutur Zaenal disela mengajakan murid di sekolah itu, Kamis.

Menurutnya, kreatifitas anak-anak sangat luas dan berpotensi untuk dikembangkan, sehingga dirinya tertantang untuk membagikan ilmu kepada mereka, mengingat sekolah ini juga masuk dalam kategori ramah anak.

"Mereka adalah generasi penerus bangsa dan sebagai pengganti kita kelak, edukasi bersifat berkelanjutan agar anak-anak bisa lebih semangat belajar," katanya.

Sementara Kepala Sekolah SDN Sambung Jawa, Fahmawati, pada kesempatan itu mengemukakan bahwa apa yang dilakukannya merupakan salah satu metode pembelajaran yang mudah dan disukai anak-anak guna merangsang kreatifitasnya agar lebih berkembang.

"Metode pengajaran sekarang harus sesuai dengan perkembangan jaman, sebab berbeda di jaman dulu, pembelajaran lebih monoton dan anak-anak cepat bosan. Kalau seperti ini anak-anak sangat menikmati bahkan mereka bisa lebih lama disekolah meski jam pulang," beber dia.

Mengajarkan anak melukis dengan memanfatkan air tanah liat, kata dia, merupakan gagasan yang sangat baik. Anak-anak akan mengerti bahwa disekitarnya banyak bahan yang bisa diciptakan dalam berkreasi untuk menciptakan baru dan bernilai.

Tidak hanya melukis, pihaknya juga mengajarkan anak-anak memanfatkan Media Sosial (medos) seperti Facebook dan Instagram dengan cara positif dengan membuat program dinamai TeleFiBi merupakan gabungan dari Televisi-Facebook dengan mengajarkan anak-anak sebagai reporter cilik untuk menyampaikan reportase.

"TeleFiBi merupakan inovasi kami biar anak-anak cerdas dan bijak memanfaatkan medsos. Daripada mereka hanya gunakan untuk narsis yang tidak jelas, kami arahkan supaya postingan-postingannya lebih informatif, kreatif dan produktif," paparnya.

Karena program ini diberi nama TeleFiBi, reportase anak-anak itu akan disiarkan dan diposting melalui fanpage sekolah untuk disiarkan meski sifatnya tidak begitu luas.

"Mengawali kegiatan ini, kami menyelenggarakan in house training atau pelatihan bagaimana melakukan reportase dan kegiatan jurnalistik disekolah sejak dini," paparnya.

Program TeleFiBi ini, tambah dia, menjadi bagian dari program-program yang akan mendukung sekolah itu menerapkan konsep Sekolah Ramah Anak dan Sekolah Adiwiyata.

Sementara konsultan program ini dari Lembaga Investigasi Studi Advokasi Media dan Anak (LISAN), Rusdin Tompo, menuturkan, beragam kegiatan dilaksanakan di sekolah tersebut mulai melukis dengan air tanah liat, dan TeleFiBi yang merupakan konsep sederhana untuk menerapkan kegiatan jurnalistik dan literasi media di sekolah.

Selain itu, TeleFiBi juga merupakan cara menyiasati kondisi keterbatan pihak sekolah yang tidak memiliki radio dan stasiun TV. Tapi nanti para jurnalis profesional akan diundang berbagi ilmu dan pengalaman, bentuknya seperti tutorial seputar dunia jurnalistiknya.

Bahkan Sesekali anak-anak bahkan diajak langsung ke kantor-kantor media agar mereka mendapat gambaran yang lebih nyata kesibukan awak media, baik koran, radio maupun televisi.

"Kami juga merancang program KePo atau kenali profesi, untuk memberi inspirasi dan motivasi bagi anak-anak, biar anak-anak punya pilihan-pilihan profesi, sambil melakukan aktivitas jurnalistik," tambah mantan Ketua KPID Sulsel ini.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024