Makassar (ANTARA Sulsel) - DPP REI (Real Estat Indonesia) Indonesia mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan peninjauan kembali harga rumah sederhana (RSH) dan Rusunami.
Usulan kenaikan harga tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum DPP REI Indonesia, Teguh Satria di Makassar, Jumat.
"Para pengembang mengharapkan ada kenaikan sekitar delapan hingga sembilan persen dari harga yang dipatok sekarang," katanya.
Harga RSH yang berlaku sekarang senilai Rp55 juta dan Rusunami Rp180 juta dianggap tidak lagi menguntungkan bagi pengembang.
Dikhawatirkan kondisi ini akan membuat pembangunan model perumahan rakyat tersebut terhambat karena REI tidak bisa memaksa pengembang membangun.
"Paling tidak RSH naik Rp10 juta dan Rusunami menjadi Rp180 juta,"ujarnya.
Rekomendasi jangka pendek lain yang mengemuka pada pertemuan akbar pengembangan perumahan The International Real Estate Federation (FIABCI) ke-9 dan Rakernas REI adalah kesulitan pengembang mengakses listrik.
"100 ribu unit rumah sederhana yang dibangun oleh REI di Indonesia belum dialiri listrik, sebagian bahkan sudah terjual," jelasnya.
Ketidakberdayaan Perusahaan Listrik Negara (PLN) ini juga dinilai sangat membebani para pengembang dan mengakibatkan kerugian hingga triliunan rupiah.
Ia berharap, pemerataan pembangunan listrik di Indonesia bisa cepat teratasi terutama di luar pulau Jawa dan Bali.
(T.PSO-100/S016)
Usulan kenaikan harga tersebut dikemukakan oleh Ketua Umum DPP REI Indonesia, Teguh Satria di Makassar, Jumat.
"Para pengembang mengharapkan ada kenaikan sekitar delapan hingga sembilan persen dari harga yang dipatok sekarang," katanya.
Harga RSH yang berlaku sekarang senilai Rp55 juta dan Rusunami Rp180 juta dianggap tidak lagi menguntungkan bagi pengembang.
Dikhawatirkan kondisi ini akan membuat pembangunan model perumahan rakyat tersebut terhambat karena REI tidak bisa memaksa pengembang membangun.
"Paling tidak RSH naik Rp10 juta dan Rusunami menjadi Rp180 juta,"ujarnya.
Rekomendasi jangka pendek lain yang mengemuka pada pertemuan akbar pengembangan perumahan The International Real Estate Federation (FIABCI) ke-9 dan Rakernas REI adalah kesulitan pengembang mengakses listrik.
"100 ribu unit rumah sederhana yang dibangun oleh REI di Indonesia belum dialiri listrik, sebagian bahkan sudah terjual," jelasnya.
Ketidakberdayaan Perusahaan Listrik Negara (PLN) ini juga dinilai sangat membebani para pengembang dan mengakibatkan kerugian hingga triliunan rupiah.
Ia berharap, pemerataan pembangunan listrik di Indonesia bisa cepat teratasi terutama di luar pulau Jawa dan Bali.
(T.PSO-100/S016)