Padang (Antaranews Sulsel) - Di awal tahun 2018, pelaku usaha sektor perkelapasawitan kembali melanjutkan komitmennya mendukung program peningkatan kompetensi dan profesionalisme wartawan dan juga netizen di Indonesia.

Bertepatan dengan perayaan Hari Pers Nasional yang diselenggarakan di Padang Sumatera Barat Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menandatangani kerja sama dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

"Terima kasih atas dukungan usaha perkelapasawitan kepada dunia pers Indonesia," kata Ketua Umum PWI Margiono dalam sambutannya pada Puncak Hari Pers Nasional (HPN) 2018 di Padang, Jumat.

Puncak Hari Pers Nasional pada 8 Februari 2018 itu dihadiri langsung Presiden Joko Widodo dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja.

Dukungan peningkatan profesionalisme wartawan ini dituangkan dalam nota kesepahaman atau MoU antara GAPKI dengan PWI.

Dalam MOU tersebut, GAPKI mendukung kegiatan uji kompetensi bagi wartawan yang dilakukan di sepanjang tahun 2018 serta pelatihan bagi para netizen.

Dengan demikian pers nasional bisa menjadi instrumen pendukung pengembangan usaha dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Dari sisi pemerintahan, Margiono sempat menyinggung tingginya perhatian Presiden Joko Widodo terhadap potensi ekspor Indonesia yang masih bisa lebih ditingkatkan.

"Belum lama ini, media-media memuat sikap Presiden yang ingin ekspor lebih ditingkatkan," katanya.

Apalagi, menurutnya, potensi ekonomi Indonesia memang luar biasa.

Terkait dengan kepedulian terhadap potensi ekspor, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menyambut positif.

"Potensi Indonesia memang sangat besar. Salah satunya kelapa sawit yang merupakan komoditas yang sangat strategis di Indonesia. Nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah," tuturnya.

"Kita ketahui, data yang baru dirilis GAPKI menyebutkan ekspor sawit mencapai 22,97 miliar Dolar AS, naik 26 persen dibandingkan 2016 sebesar 18,22 miliar Dolar AS. Melonjaknya ekspor menyebabkan nilai sumbangan devisa minyak sawit ikut meningkat," kata Joko Supriyono.

Bahkan, menurut Joko Supriyono, sudah saatnya seluruh "stakeholder" atau pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk insan pers dan para netizen mendukung dan sama-sama melawan "hoax" atau berita bohong mengenai industri sawit yang banyak beredar di media.

"Kita harus ingat, kampanye negatif sawit itu merupakan perang dagang yang dibuat oleh negara produsen minyak nabati dunia. Jangan sampai berita hoax membunuh industri strategis tanah air," tegas Joko.

Dalam dunia pers, misalnya, persaingan tersebut dapat ditemukan dalam bentuk tersebarnya kampanye negatif (black campaign) tentang kelapa sawit Indonesia, terangnya.

"Rekan-rekan pers dapat memainkan peran dengan mengungkap fakta-fakta obyektif bahwa kelapa sawit selain bermanfaat secara ekonomi juga komit terhadap penegakkan isu-isu sustainability," jelas Joko Supriyono.


Pewarta : .
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024