Makassar (ANTARA Sulsel) - Sebanyak 62.096 rumah tangga miskin (rtm) tinggal di kawasan kumuh yang tersebar di enam kecamatan di Kota Makassar.

"Kota Makassar memiliki kawasan kumuh di enam kecamatan dari 14 kecamatan yang ada, dengan luas mencapai 540,78 hektare (ha)," kata Asisten II Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar, Burhanuddin di Makassar, Senin.

Burhanuddin mengatakan, warga yang tinggal di kawasan kumuh itu diantaranya di Kecamatan Mariso, Ujung Tanah, Bontoala, Tallo, dan Antang itu kurang memperoleh fasilitas air bersih, rumah layak huni dan sarana lingkungan yang memadai.

Sarana lingkungan itu misalnya jalan lingkungan dan akses transportasi, sehingga rawan menimbulkan kebakaran, sementara jika terjadi kebakaran, sulit dipadamkan karena tidak ada akses jalan yang memadai untuk dilalui mobil pemadam kebakaran.

Lebih jauh dikatakan Burhanuddin, permasalahan yang kompleks di lokasi kawasan kumuh itu, karena dapat memicu tingkat kriminalitas dan keterasingan budaya. Disisi lain, kondisi lokasi kumuh di Makassar diperparah dengan terus bertambahnya urban dari daerah tetangga.

Adanya pemukiman kumuh yang menjadi salah satu permasalahan Pemkot Makassar, lanjutnya, karena keterbatasan lahan , sehingga sangat sulit memperoleh status kepemilikan tanah, karena harganya mahal.

"Akhirnya, sejumlah warga melakukan penyerobotan tanah dan memanfaatkan area publik seperti bahu jalan, ruang terbuka dan pinggiran kanal sebagai tempat tinggal dengan bangunan rumah seadanya," katanya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pemkot Makassar saat ini sedang manata 26 titik kawasan kumuh di kota yang berjulukan "Anging Mammiri" ini dengan menyiapkan rumah susun sewa (rusunawa), rumah susun milik (rusunami), pemberian keterampilan dan bantuan modal pada rtm melalui penyaluran dana bergulir serta menyediakan infrastruktur dan ulititas di kawasan kumuh.

Sejak 2008, rusunawa yang sudah ditempati ratusan RTM adalah Rusunawa di Kelurahan Lette, Kecamatan Mariso dan Rusunawa di Kawasan Daya yang mayoritas warganya adalah buruh pabrik di Kawasan Industri Makassar (Kima).

Sementara itu, salah seorang penghuni Rusunawa di Kelurahan Lette, Darwis mengatakan, merasa lebih nyaman tinggal di tinggal di Rusunami dengan membayar Rp75 ribu per bulan daripada tinggal di bekas rumahnya di pinggir pantai dekat Kawasan Tanjung Bunga, Makassar.

"Dulu rumah kontrakan kami hanya terbuat dari tripleks dan kayu yang sudah lapuk dan sengnya sudah bocor, sehingga pada musim hujan kami hidup tidak tenang, apalagi angin bertiup kencang dan biasanya merobohkan rumah di pinggir pantai," ujarnya.

(S036/A011)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024