Makassar (Antaranews Sulsel) - Hasil lembaga survei Riset Celebes Research Center (CRC) yang dilansir menggungulkan pasangan petahana Pilkada Makassar Moh Ramdhan Pomanto-Indira Mulyasari (DIAmi) diatas 70 persen, belum menjamin keterpilihan.

"Hasil survei tersebut bukan menjadi jaminan, tetapi itu sebagai representasi kepuasan masyarakat terhadap kinerja yang dikerjakan petahana selama dia menjabat," kata Pengamat Politik dari Unhas Jayadi Nas di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.

Menurut dia, kinerja petahana selama ini atas keberhasilannya dalam memajukan Kota Makassar adalah salah satu indikator utama dan menjadi modal kepercayaan masyarakat terhadapnya. Apalagi, didukung dengan pemerintahan tingkat bawah seperti RT dan RW dalam mendorong pembangunan.

Selain itu, Ramdhan Pomanto juga memiliki "track record" yang baik dalam pemerintahannya, hal ini akan membuat masyarakat akan memikirkan kembali kemana arah pilihannya pada 27 Juni 2018.

Kendati demikian, pasangan petahana tidak boleh lengah meski hasil surveinya diatas 70 persen.

"Pemilih di Makassar itu kritis dan tidak mudah digoyah pilihannya. Untuk mengimbangi penantang harus menawarkan program yang lebih menyakinkan masyarakat, mengingat ruang untuk mengalahkan petahana itu masih ada," ungkapnya.

Meski rivalnya pasangan Munafri Arifuddin-Indira Mulyasari (Appi-Cicu) juga masih punya peluang, namun tidak berarti pasangan DIAmi merasa diatas angin lantas tidak melakukan pertahanan.

Kendati penantang belum memiliki track record kinerja menjabat sebagai Wali Kota Makassar, tetapi harus diingat bahwa tidak ada pemerintahan di dunia ini yang bisa memuaskan seluruh masyarakatnya. Sehingga orang tidak puaslah ini maju sebagai penantang.

Sementara persoalan lain yang harus diantisipasi adanya dugaan `serangan fajar` atau politik uang yang bermain, meski tidak kasat mata, namun bisa saja digerakkan secara terstuktur dan massif untuk mendapatkan dukungan suara.

"Perlu juga diwaspadai beredarnya e-KTP palsu yang beredar, sebab masih banyak penduduk Makassar belum di rekam datanya sehingga bisa saja ini dugaannya dilakukan oknum tertentu mendapatkan suara," beber dia.

Sedangkan Direktur Eksekutif Nurani Strategic, Nurmal Idrus dalam diskusi bedah Pilkada Kota Makassar digagas grup whatsapp Political News bekerja sama Komunitas Wartawan Politik Makassar mengangkat tema pengaruh kepuasan publik terhadap peluang petahana, menyebutkan, tantangan besar petahana adalah dirinya sendiri.

"Dengan hasil unggul telak itu, tantangan terberat petahana adalah dirinya sendiri. Kalau petahana merasa berada di atas angin maka itu akan menjadi ruang besar bagi penantang untuk masuk dan merubah konstalasi," beber Nurmal.

Untuk menang melawan petahana, lanjutnya, penantang harus berkaca pada Pilkada Takalar. Penantang harus bisa mengeksplorasi dan mengeksploitasi isu-isu sosial.

"Ini bagaimana cara pasangan Appi-Cicu mampu mengeksplorasi mesin-mesin Parpol pengusungnya, sebab 90 persen partai politik berada di belakangnya untuk mendukung," tambah dia.

Untuk memenangkan Pilkada Makassar hanya butuh 350 ribu suara karena kemungkinan partisipasi pemilih hanya 600 ribu yang ke TPS. Diketahui ada 43 kursi DPRD Makassar mendukung pasangan ini atau bisa disetara dengan 350 ribu suara.

Direktur Riset Celebes Research Center (CRC) Andi Wahyuddin Abbas memprediksi perubahan elektabilitas masih memungkinkan terjadi dalam rentang tiga bulan ke depan, bila tim sukses petahana cepat puas dengan perolehannya saat ini.

Berdasarkan risetnya DIAmi unggul telak dengan elektabilitas 71,8 persen sedangkan Appi-Cicu 18,8 persen untuk elektabilitas. Pada tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Danny Pomanto, 70,5 persen cukup puas, 7,8 persen sangat puas, dan 20 persen kurang puas.

"Survei ini dilakukan pada tanggal 1-14 Maret, dengan jumlah sampel 1.000 orang responden yang terdistribusi secara proporsional di 15 kecamatan se- Kota Makassar. Margin of error diprediksi mencapai plus minus tiga persen," paparnya.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024