Makassar (Antaranews Sulsel) - Sejumlah organisasi Difabel di Makassar meminta kepada tim seleksi Komisi Pemilihan Umum (KPU) agar beberapa rangkaian tesnya seperti tes tertulis itu bisa ramah terhadap peserta difabel.

"Salah seorang difabel netra, Hamzah telah mendaftarkan diri ke KPU Gowa dan sudah dinyatakan lolos berkas. Kini Pak Hamzah bersiap untuk mengikuti tes selanjutnya dan kami harap timsel bisa ramah dengan difabel," ujar Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sulawesi Selatan, Maria UN, di Makassar, Sabtu.

Ia bersama dengan para anggota dan organisasi difabel lainnya telah melakukan pertemuan dengan para anggota tim seleksi calon komisioner KPU untuk membahas beberapa hal terkait adanya peserta difabel yang mendaftar tersebut.

Beberapa hal yang dibahasnya adalah anggota timsel perlu melakukan penyesuaian atau menyiapkan akomodasi yang layak bagi difabel penglihatan saat mengikuti tes.

Maria mengusulkan tiga hal, pertama, panitia harus menyiapkan pembaca layar (screen reader) pada komputer yang akan digunakan Hamzah saat mengikuti tes.

"Ini penting karena bagi seorang buta, tidak adanya pembaca layar pada sebuah komputer membuat si disabilitas netra tidak dapat mengakses komputer. Kedua, jika screen reader tersebut tidak tersedia, setidaknya Hamzah perlu didampingi atau dengan kata lain ada orang yang membacakan soal tes pada Hamzah dan membantunya ketika mengklik jawaban. Dan yang terakhir, persoalan waktu," katanya.

Anggota Timsel KPU, Andi Luhur yang menemui gabungan organisasi difabel menyampaikan bahwa sebenarnya timsel telah memikirkan metode agar Hamzah dapat mengikuti tes tersebut tanpa adanya hambatan.

"Kami sebenarnya berpikir bagaimana kalau Hamzah didampingi saja saat mengikuti ujian karena kami merasa hal itulah yang paling memungkinkan, tapi itu masih sebatas diskusi antar timsel belum menjadi keputusan," jelasnya.

Dia juga menyammpaikan bahwa sebenarnya sangat diperlukan diskusi-diskusi dengan organisasi difabel seperti ini karena timsel juga sangat mendorong keterlibatan difabel di KPU.

Sementara terkait dengan program peembaca layar, Andi Luhur tidak begitu mengetahui mengenai teknis komputer yang akan digunakan para peserta.

"Kami juga masih belum tahu tentang apakah screen reader itu tersedia atau tidak karena persoalan teknis seperti ini bukan kami yang menangani, tapi screen reader tersebut bisa kami usahakan," katanya.

Sedangkan mengenai waktu tambahan, timsel tidak bisa memberi kebijakan karena tes CAT tersebut telah diatur oleh sistem dari KPU nasional. Sehingga, jika telah melewati waktu yang ditentukan secara otomatis komputer tersebut akan offline dengan sendirinya.

"Itu memang sudah menjadi sistem dari KPU nasional, jadi kami hanya menjalankannya," terang Andi Luhur.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024