Jakarta (Antaranews) - Anggota Komisi I DPR Bobby Rizaldi menilai penyelenggara sistem elektronik Facebook tidak perlu ditutup menyusul munculnya kasus kebocoran data satu juta penggunanya, namun pemerintah harus membuat regulasi pengawasan yang kuat.

       "Penggunaan Facebook sudah menyentuh sendi perekonomian usaha mikro masyarakat di Indonesia sehingga tidak perlu ditutup," kata Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR dengan manajemen Facebook di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.

        Dia mengatakan tantangan masa kini harus diselesaikan dengan solusi masa kini sehingga menutup Facebook tanpa memiliki solusi hanya akan menimbulkan kegaduhan domestik yang tidak perlu.

        Menurut Bobby yang juga politisi Partai Golkar itu, pemerintah Indonesia perlu secepatnya membuat regulasi komersialisasi dan infastruktur pengawasan platform media sosial yang lebih handal.  "Jangan sampai ada hal khusus yang sudah melampaui batas-batas dan kedaulatan Indonesia misalnya soal pajak dan privasi data," ujarnya.

         Dalam RDPU tersebut, Kepala Kebijakan Publik Facebook untuk Indonesia, Ruben Hattari menjelaskan pada 2013 sebuah aplikasi "thisisyourdigitallife" dikembangkan peneliti bernama Dr Aleksandr Kogan yang tidak pernah bekerja untuk Facebook namun seorang akademisi di Cambridge University.

         Dia mengatakan aplikasi Dr Kogan tersebut menggunakan fitur Facebook Login yang tersedia secara umum dan memungkinkan pengembang aplikasi pihak ketiga meminta persetujuan dari pengguna aplikasi Facebook.

         "Kami mengetahui bahwa 748 orang di Indonesia telah memasang aplikasi ini selama tersedia di Facebook dari November 2013 saat aplikasi tersedia sampai dengan 17 Desember 2015 atau 0,25 persen dari total pemasangan aplikasi ini d iseluruh dunia," katanya.

         Ruben menjelaskan pihaknya menemukan tambahan sebanyak 1.095.918 orang di Indonesia yang berpotensi terkena dampak sebagai teman dari pengguna aplikasi.

         Dia mengatakan akses aplikasi "thisisyourdigitallife" ke Facebook Login sudah dihentikan sejak 17 Desember 2015 sehingga pengguna Facebook termasuk di Indonesia tidak dapat mengakses aplikasi tersebut.

                                                              Minta maaf

           Sementara itu Kepala Kebijakan Publik Facebook untuk Indonesia Ruben Hattari mengatakan pihaknya meminta maaf terkait kebocoran data satu juta pengguna salah satu penyelenggara sistem elektronik (PSE) tersebut di Indonesia.

         "Kejadian ini adalah bentuk pelanggaran kepercayaan dan kegagalan kami untuk melindungi data pengguna, kami mohon maaf atas kejadian tersebut," kata Ruben dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi I DPR, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa.

        Dia menjelaskan kejadian kebocoran data tersebut disebabkan adanya sebuah aplikasi bernama "thisisyourdigitallife" yang dikembangkan akademisi di Cambridge University yaitu DR. Alexander Kogan dan menggunakan fitur Facebook Login yang tersedia secara umum.

         Menurut Ruben, Facebook Login, memungkinkan pengembang aplikasi pihak ketiga untuk meminta persetujuan dari pengguna aplikasi Facebook agar aplikasi mereka bisa mengakses kategori data tertentu yang dibagikan pengguna tersebut dengan teman Facebook mereka.

         "Facebook, dimana kami dengan tegas melarang penggunaan dan pengiriman data yang dikumpulkan menggunakan cara ini untuk tujuan lain," ujarnya.

         Dia menjelaskan setelah Dr. Kogan mendapatkan data pengguna Facebook, data tersebut kemudian diberikan ke Cambridge Analytica dan pihaknya tidak memberikan izin atau menyetujui pemindahan data tersebut dan dianggap telah melakukan pelanggaran kebijakan platform Facebook.

         Menurut dia, berdasarkan penelitian Facebook dari laporan media, pada Desember 2015 pihaknya menangguhkan akses aplikasi tersebut yang menggunakan Facebook Login.

         "Kami juga menuntut Dr. Kogan serta perusahaannya saat itu Global Science Research Limited dan entitad lainnya yang sudah dikonfirmasi bahwa mereka telah menyerahkan data yang terkumpul melalui aplikasi ke entitas tersebut untuk memberikan penjelasan dan segera menghapus semua data tersebut," katanya.

         Ruben menegaskan bahwa Facebook tidak pernah menyetujui penggunaan data oleh Cambridge Analytica yang diperoleh dari aplikasi Dr. Kogan dan kedua bertindak sebagai pengendali data pihak ketiga yang independen dan menentukan tujuan serta cara memproses data yang diperolehnya.

         Dia mengatakan kedepannya agar kasus tersebut tidak terjadi lagi, Facebook sedang menginvestigasi semua aplikasi yang pernah mendapatkan akses atas informasi dalam jumlah besar.    "Jika ada dari mereka menyalahgunakan data pengguna, kami akan memblokir dari Facebook dan memberitahu semua orang yang terkena dampak," ujarnya.

         Dia juga menekankan bahwa Facebook memastikan agar para pengembang tidak dapat mengakses banyak informasi.


Pewarta : Imam Budilaksono
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024