Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan New Energy Technology Development Organization (NEDO) mengadakan kerjasama untuk proyek kerja sama bioethanol antara lain untuk menjamin ketersediaan bahan bakar di masa mendatang.

"Proyek ini akan menghasilkan bioethanol dari bahan baku molasses sebanyak 30 ribu kilo liter per tahun," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin, Agus Tjahajana Wirakusumah, dalam acara penandatanganan MoU antara pemerintah Indonesia dan NEDO Jepang di Jakarta, Senin.

Agus memaparkan, nilai investasi dari proyek tersebut adalah sekitar 25 juta dolar AS, yang terbagi atas 16 juta dolar AS bantuan "grant" (hibah) dan kontribusi 9 juta dolar AS dari PTPN X.

Ia mengakui, kerja sama tersebut mempunyai nilai strategis yaitu dari sisi industrialisasi, akan menginisiasi langkah pengembangan industri gula terintegrasi dengan hilir termasuk bioethanol untuk substitusi BBM.

"Konsep terintegrasi dengan bioethanol merupakan model industri gula modern yang melakukan integrasi nilai tambah," katanya.

Sebagai suatu proyek pilot, lanjutnya, kerja sama itu akan dilaksanakan di pabrik gula milik PTPN X dan diharapkan kerjasama ini dapat menjadi model bagi pabrik gula lain.

Sementara itu, Chairman NEDO Jepang, Seiji Murata, mengemukakan, kerja sama itu merupakan yang pertama dilakukan NEDO di dunia terkait dengan upaya yang sangat rasional untuk menghasilkan produksi bioethanol.

Proyek kerja sama itu, ujar dia, juga menjadi tonggak peneguhan hubungan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang yang telah berlangsung lebih dari 50 tahun.

Dalam penandatanganan MoU itu juga dihadiri oleh Direktur PTPN X, Subiyono.
(M040/A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010