Bangli (ANTARA) - PLN UID Bali mengajak petani beralih dari mesin berteknologi diesel menjadi teknologi mesin berbasis listrik untuk lebih meningkatkan produktivitas sektor pertanian yang selama pandemi Covid-19 mampu bertahan dan menyokong ekonomi Bali.

"Guna mendorong peningkatan produktivitas pelaku usaha di sektor pertanian inilah, kami mengembangkan program electrifying agriculture yang memudahkan masyarakat dalam mengakses listrik," kata GM PLN UID Bali, I Wayan Udayana, di Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Kamis.

Saat ini masyarakat Bali, khususnya sektor pariwisata, masih berjuang untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Namun sektor lain, semisal pertanian, mampu bertahan dan menyokong ekonomi Bali.

"Manfaat teknologi mesin berbasis listrik itu selain peningkatan produktivitas, juga efisiensi biaya produksi serta lebih ramah lingkungan. Tinggal mengalihkan mesin penggilingan, mesin pompa air irigasi, dan sebagainya ke mesin berbasis listrik," katanya.

Udayana mengatakan potensi Bali untuk membangkitkan perekonomian melalui sektor pertanian sangat besar. "Hingga April, sebanyak 159 pelanggan telah menikmati program pertanian berdaya listrik," katanya.

Baca juga: Peneliti dorong peningkatan efisiensi teknologi sektor pertanian

"Program itu antara lain untuk kebutuhan pengairan atau irigasi, penggilingan padi, dan penggunaan inovasi lainnya seperti lampu UV untuk menstimuli pertumbuhan tanaman," katanya.

Ia juga menjelaskan, di masing-masing daerah memiliki potensi pengembangan program pertanian berdaya listrik ini.

"Misalnya saja di Kabupaten Jembrana dan Buleleng masih banyak petani yang menggunakan pompa air diesel untuk pengairan. Sedangkan di selatan Bali, masih banyak penggilingan padi yang menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar yang tidak ramah lingkungan," kata dia.

Secara terpisah, salah satu petani holtikultura bersama kelompoknya di Songan Kintamani, Kadek Ruma, mengatakan, "Kami saat ini mengikuti teknologi terbaru yakni memanfaatkan mesil dengan listrik untuk pengairan, kami menyadari solar dan oli yang digunakan untuk mesin diesel yang kami gunakan sebelumnya dapat mencemari danau."

Baca juga: Kementan: bantuan alsintan tingkatkan efisiensi hingga 48 persen

I Kadek Sinar Suryaditya, pengusaha beras dari Tabanan, mengaku selama ini memerlukan biaya BBM jenis solar untuk mesin penggilingan padinya sebesar Rp15 juta setiap bulan dan setelah beralih ke mesin berbasis listrik, dia menghemat sekitar Rp2,5 juta.

"Selain itu hasilnya lebih baik, karena RPM atau perputaran mesinnya lebih stabil jika dibandingkan dengan yang diesel," kata dia.

Pemilik usaha budidaya buah naga, Gede Wahyu, turut memanfaatkan program pertanian berdaya listrik dengan memasang sekitar 500 lampu pada lahan 1 Hektare miliknya.

Baca juga: Mentan dorong industri alsintan perbesar komponen dalam negeri

"Pemasangan lampu ini untuk merangsang pertumbuhan bunga pada tanaman buah naga, sehingga pada Mei-September yang biasanya tidak musim buah naga, berkat lampu ini tetap bisa menghasilkan buah naga," katanya.

PLN UID Bali telah melaksanakan penandatanganan kerja sama yakni dengan Bank BRI dan Bank Mandiri untuk mendukung para pelaku usaha memperoleh pembiayaan dalam program electrifying agriculture.

Tujuannya agar dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan pemberdayaan SDM pertanian melalui dukungan listrik dalam peningkatan produktivitas dan efisiensi. Tentunya program ini merupakan bagian dari semangat transformasi PLN untuk meningkatkan pelayanan listrik yang lebih mudah, terjangkau, dan andal untuk masyarakat Bali.
 

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2021