fetal ekokardiografi memiliki prinsip cara yang sama dengan pemeriksaan ultrasonografi atau USG, kelainan struktur jantung serta kelainan irama jantung pada janin dapat terdeteksi.
Jakarta (ANTARA) - Ahli kardiologi anak Prof. Dr. dr. Herlina Dimiati, Sp.A(K) mengatakan penyakit jantung bawaan pada anak bisa dideteksi sejak dini saat janin masih berada di dalam kandungan melalui penggunaan alat yang disebut fetal ekokardiografi.

“Teknologi yang bisa mendeteksi kelainan jantung salah satunya adalah fetal ekokardiografi. Saat ini bisa deteksi selain kelainan struktur jantung, kelainan irama juga bisa terdeteksi dengan pemeriksaan fetal ekokardiografi,” kata Herlina yang merupakan Penasehat di Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Aceh dalam diskusi virtual, Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan fetal ekokardiografi memiliki prinsip cara yang sama dengan pemeriksaan ultrasonografi atau USG. Melalui teknologi tersebut, kelainan struktur jantung serta kelainan irama jantung pada janin dapat terdeteksi.

Pemeriksaan fetal ekokardiografi dapat membantu untuk memberikan gambaran tindakan apa yang perlu dilakukan sedini mungkin apabila bayi memang terdeteksi mengalami penyakit jantung.

Deteksi struktur jantung yang cacat, kata Herlina, bisa dilakukan setelah struktur janin sempurna terbentuk atau pada saat ibu memasuki usia kandungan 16 minggu.

“Kalau kita mau menilai dengan pemeriksaan USG, di atas 16 minggu untuk melihat ruang-ruang jantung itu sudah bisa terdeteksi. Begitu juga dengan alat fetal ekokardiografi, di atas 16 minggu atau 20 minggu atau 24 minggu sudah bisa kita nilai jika ada kelainan irama jantung pada janin,” katanya.

Herlina mengatakan deteksi juga bisa dilakukan dimulai dari masa pranikah dengan melakukan skrining pemeriksaan darah, tes golongan darah resus, deteksi hepatitis, serta tes virus pada seorang wanita subur salah satunya tes virus rubella.

“Sebagai informasi, infeksi rubella yang terjadi pada seorang ibu hamil itu membuat problem kelainan selain mata dan telinga serta susunan saraf pusat, juga akan menyebabkan kelainan pada jantung seorang bayi yang lahir,” katanya.

Selain itu, calon ibu juga dapat melakukan pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi kemungkinan potensi kelainan jantung pada anak. Herlina mengatakan, merujuk pada sejumlah penelitian, penyakit gula atau diabetes pada ibu dapat menyebabkan potensi bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan.

“Skrining pranikah untuk infeski virus rubella atau skrining genetik lain juga berpotensi untuk menilai apakah kemungkinan bisa terjadi kelainan jantung. Beberapa penyakit genetik yang sering kita jumpai dengan kelainan jantung itu adalah seperti down syndrome,” katanya.

Walaupun keturunan merupakan salah satu risiko penyakit genetik kardiovaskular, Herlina menegaskan bahwa anak yang lahir dari orangtua yang memiliki penyakit jantung tidak serta merta bisa mengidap penyakit serupa. Menurutnya, etiologi atau penyebab dari penyakit jantung bawaan bersifat multi-faktorial.

“Seringkali ada faktor-faktor lain yang bisa berperan atau faktor eksternal yang sangat mempengaruhi problem risiko kardiovaskular itu,” kata Herlina.

Ia menyebutkan bahwa kasus penyakit jantung bawaan menduduki angka yang cukup tinggi di mana 8 sampai 10 dari 1.000 kelahiran hidup akan lahir dengan kelainan jantung bawaan. Yang lebih ekstrem, imbuh Herlina, bahwa dari angka tersebut, 25 persennya akan menderita penyakit jantung bawaan kritis yang harus ditangani sedini mungkin.

“Kalau ini (penyakit jantung bawaan) tidak tertata laksana dengan tepat, maka akan terjadi gangguan tumbuh kembang dari seorang anak,” katanya.
Baca juga: Penyakit jantung bisa dicegah dengan deteksi dini dan intervensi tepat
Baca juga: IDAI serukan deteksi dini penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir
Baca juga: Deteksi dini kunci cegah penyakit jantung

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2022