Makassar (Antaranews Sulsel) - Forum Komunikasi Pemerhati Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia diharapkan terus memperkuat jejaring serta menjadi humas untuk mewujudkan RRI yang terpercaya dan mendunia.

"Teman-teman FKP sejauh ini sudah berkolaborasi dengan RRI, tinggal bagaimana peran yang dimainkan mampu mengubah mindset (pola pikir) masyarakat tentang RRI," kata Direktur Program dan Produksi LPP RRI, Soleman Yusuf di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.

Menurut Soleman, keberhasilan Forum Komunikasi Pemerhati (FKP) sejauh ini berkat kontribusi dan dedikasi yang sudah ditunjukkan di berbagai daerah. Namun demikian tetap didorong memperkuat jejaring secara luas.

Berdasarkan survei AC Nielsen, tahun 2017 RRI secara nasional, wilayah maupun provinsi berada pada posisi yang membanggakan. Hal ini sejalan atas perubahan dilakukan jajaran Direksi dan Dewan Pengawas (Dewas) Lembaga Penyiaran Publik LPP) RRI yang hasilnya mulai terlihat.

"Bahkan di beberapa provinsi, RRI berada pada peringkat pertama, mengalahkan radio-radio setempat yang juga punya nama," tuturnya di Rapat Kerja FKP RRI di Yogyakarta.

Hasil ini, kata dia, membanggakan bahkan membalik anggapan orang bahwa RRI adalah radio jaman dulu, yang ditinggalkan masyarakat. Misalnya, di Papua dan Maluku RRI bahkan selalu berada di posisi tertinggi pendengarnya.

Begitu pun di daerah lain, sebab RRI memang punya pendengar loyal yang selalu menunggu acara-acara kesayangannya.

Raker di Yogyakarta merupakan forum bertukar informasi tentang apa yang sudah dilakukan RRI, termasuk apa yang sudah dilakukan FKP bagi peningkatan kualitas program-program siaran yang ditujukan bagi masyarakat dan bangsa.

Dia mengungkapkan, ada filosofis yang menjadi dasar dilakukannya perubahan, baik RRI Pro1, Pro2, Pro3, Pro4 maupun Voice of Indonesia. Perubahan yang dilakukan bukan hanya atas asumsi-asumsi tapi merujuk pada riset, melalui diskusi termasuk survei Nielsen.

"Itulah mengapa perubahan dilakukan, misalnya pada RRI Pro4. Perubahan RRI Pro4 mencakup taglinenya menjadi Ensiklopedi Budaya Keindonesiaan, strategi programnya, juga sasarannya yang lebih dilebarkan dari segi rentang usia pendengarnya agar siaran-siaran budaya bisa diminati anak muda," katanya.

Kendati demikian tidak bisa dipungkiri perubahan pada tahap pertama ini baru pada aspek kesenian dari tujuh unsur kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan itu, menurut Koentjaraningrat, yakni bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenian.

Dia optimistis perubahan-perubahan itu akan berdampak signifikan. Jika sekarang RRI meraih 10 persen dari total pendengar radio maka ke depan akan mencapai target 30 persen. Apabila penyempurnaan program berhasil dilakukan.

Sebelumnya, Rapat Kerja FKP RRI bertema Sinergitas Forum Komunikasi Pemerhati (FKP) LPP RRI dalam Mendukung Program-Program Siaran RRI dalam Rangka Penguatan Kelembagaan RRI Melalui FKP RRI.

Raker ini diikuti 23 peserta berlangsung 7-9 Mei 2018. Peserta Raker terdiri dari Pengurus Pusat FKP, Koordinator Nusantara (Kornus) yang mewakili FKP daerah, Direksi, Dewas dan Kepala Puslitbang Diklat LPP RRI. Ketua FKP RRI Makassar Rusdin Tompo juga menjadi peserta raker ini.

Pewarta : M Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2025