Sungguminasa (Antaranews Sulsel) - Legislator dari Komisi VII DPR RI Mukhtar Tompo ikut mengiringi pemakaman Andi Maddusila Andi Idjo Dg Mannyonri Karaeng Katangka Sultan Alauddin 2, Raja Ke-37 Gowa yang telah wafat pada Minggu (10/6).

"Andi Maddusila adalah sosok yang keras namun lentur. Tegas dalam memperjuangkan eksistensi sejarah dari Kerajaan Gowa hingga akhir hayatnya," ujar Mukhtar Tompo usai pemakaman di Kabupaten Gowa, Senin.

Ia mengatakan sosok Andi Maddusila dikenalnya sejak lama dengan sifatnya yang santun dan ramah terhadap siapa saja.

Walaupun haknya tergerus, katanya, akan tetapi Maddusila masih memikirkan kedamaian dan keamanan secara umum.

Dirinya menggambarkan Raja Ke-37 Gowa itu sebagai sosok bangsawan dengan nasionalisme yang tinggi.

Sosoknya yang ramah, ujar dia, membuat Andi Maddusila dicintai oleh rakyat dan diakui oleh nusantara, namun tidak primordial.

"Bagi saya, perjuangan politik beliau bukan karena faktor kekuasaan. Tapi sebuah upaya yang dilakukan untuk mengawal visi kerajaan sebagai warisan sejarah yang harus terus diperkuat dan didukung oleh pemerintah," katanya.

Mukhtar menyatakan bahwa Maddusila sebagai pewaris karakter raja-raja Gowa terdahulu. Separuh perjalanan hidup Andi Maddusila didedikasikan untuk memperjuangkan harkat dan martabat Kerajaan Gowa.

"Meski hingga ajal menjemput beliau, perjuangannya belum menunjukkan hasil maksimal sebagaimana yang diharapkan, namun justru kepergiannya menunjukkan bahwa beliau memang raja sebuah kerajaan besar yang masih eksis hingga saat ini," ucapnya.

Ia menambahkan tidak ada satu pihak pun yang bisa melarang jasad Andi Maddusila disemayamkan di Balla Lompoa (museum) karena memang hal itu sebagai haknya.

Kematian Andi Maddusila, katanya, membuktikan bahwa dia masih mendapatkan pengakuan sebagai Raja Gowa, di hadapan publik. Bahkan kehadiran raja-raja keraton se-Nusantara makin menegaskan legitimasi tersebut.

"Saya mengikuti rangkaian shalat jenazah hingga pemakaman. Saya melihat sendiri betapa masyarakat Gowa masih sangat mencintai beliau. Dari Balla Lompoa, jazad beliau ditandu ke Masjid Katangka untuk dishalati, untuk selanjutnya dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Katangka," katanya.

Menurut legislator dari Partai Hanura itu, eksistensi Kerajaan Gowa menyimpan rekaman perjalanan sejarah dan budaya sebuah bangsa pada masa lampau.

"Gambaran kebesaran bangsa, tertoreh dalam perjalanan kerajaan Nusantara. Apa yang terjadi di masa kini, tak bisa dilepaskan dari sejarah masa lalu,"ujarnya.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024