Makassar (Antaranews Sulsel) - Lembaga donor Swiss Contact dan Akademi Komunitas Industri Manufaktur Negeri (AKOM) Bantaeng menyiapkan tenaga kerja profesional dan berkompeten di bidang jasa industri.
"Melalui AKOM ini kami mempersiapkan tenaga kerja profesional di bidangnya untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks," kata Direktur AKOM Bantaeng Drs Zainal Abidin, MSi. disela-sela workshop pengembangan kurikulum Diploma 2 Analisis Kimia di Makassar, Kamis.
Dia mengatakan, saat ini akademi program dua tahun atau D2 ini sudah menjalankan proses belajar-mengajar angkatan I dan pada saat penerimaan mahasiswa baru tahun ini tercatat lebih dari 500 pendaftar, namun yang diterima sesuai kuota baru lebih dari 90 mahasiswa dengan tiga program studi.
Keunggulan belajar di AKOM, lanjut dia, mahasiswa tidak dikenakan biaya pendidikan alias bebas uang kuliah, karena semuanya ditanggung oleh kerja sama dua negara yakni Swiss-Indonesia melalui Kementerian Perindustrian.
Dalam meraih peluang pasar, AKOM berkerja sama dengan sejumlah perusahaan negara (BUMN) dan swasta sebagai tempat praktek mahasiswa dan diharapkan dapat menjadi tempat kerja lulusan AKOM.
Menurut Zainal sistem perkuliahan ditetapkan sistem 2.1.1 artinya dua semester kuliah di kampus, satu semester prakter di perusahaan dan satu semester terakhir kembali ke kampus menyelesaikan studi akhir dan penyusunan skripsi.
Sementara itu, Technical Advisor School Development Daniel Weibel mengatakan tujuan kerja sama dua negara untuk menyiapkan tenaga profesional di bidangnya.
Untuk itu dilakukan workshop selama tiga hari yang fokus utamanya adalah pengembangan kurikulum Diploma 2 Analisis Kimia dengan menghadirkan narasumber dan peserta yang terdiri dari tenaga ahli dari industri perusahaan ternama.
Perusahaan tersebut diantaranya PT Huadi Nickel-Alloy Bantaeng, PT Sucofindo, PT Charoen Pokphand, PT Tri Star Mandiri Bantaeng, PT Antam, PT Vale, PT IMIP Morowali, PT PolytamaPropindo, PT Maruki Internasional, PT Eastern Pearl Flour Mills dan PT Inensunan Mills.
Salah satu hasil kerjasama berkelanjutan antara S4C (Skills for Competitiveness), Swisscontact dengan AKOM Negeri Bantaeng, selain pengembangan kurikulum, juga melakukan S4C bersama konsorsium partner seperti Universitas Bern Technology of Applied Science dari Swiss.
Adapun upaya AKOM untuk menjadi lembaga pendidikan vokasi politeknik unggulan bertaraf nasional dan internasional, kini dilakukan pengembangan dan pemberian bantuan teknis untuk penguatan manajemen kampus, kerjasama dengan industri, pemagangan, teaching factory, pengembangan pusat unggulan food processing dan pengembangan yang lainnya.
Sementara itu Corporate Secretary PT Kawasan Industri Makassar (KIMA) Imran Yamin menyambut baik dan mengapresiasi AKOM yang menyiapkan tenaga siap pakai di sektor industri.
"Kami senang, karena biasanya perusahaan-perusahaan yang ada di KIMA kesulitan mencari tenaga profesional," katanya.
"Melalui AKOM ini kami mempersiapkan tenaga kerja profesional di bidangnya untuk menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks," kata Direktur AKOM Bantaeng Drs Zainal Abidin, MSi. disela-sela workshop pengembangan kurikulum Diploma 2 Analisis Kimia di Makassar, Kamis.
Dia mengatakan, saat ini akademi program dua tahun atau D2 ini sudah menjalankan proses belajar-mengajar angkatan I dan pada saat penerimaan mahasiswa baru tahun ini tercatat lebih dari 500 pendaftar, namun yang diterima sesuai kuota baru lebih dari 90 mahasiswa dengan tiga program studi.
Keunggulan belajar di AKOM, lanjut dia, mahasiswa tidak dikenakan biaya pendidikan alias bebas uang kuliah, karena semuanya ditanggung oleh kerja sama dua negara yakni Swiss-Indonesia melalui Kementerian Perindustrian.
Dalam meraih peluang pasar, AKOM berkerja sama dengan sejumlah perusahaan negara (BUMN) dan swasta sebagai tempat praktek mahasiswa dan diharapkan dapat menjadi tempat kerja lulusan AKOM.
Menurut Zainal sistem perkuliahan ditetapkan sistem 2.1.1 artinya dua semester kuliah di kampus, satu semester prakter di perusahaan dan satu semester terakhir kembali ke kampus menyelesaikan studi akhir dan penyusunan skripsi.
Sementara itu, Technical Advisor School Development Daniel Weibel mengatakan tujuan kerja sama dua negara untuk menyiapkan tenaga profesional di bidangnya.
Untuk itu dilakukan workshop selama tiga hari yang fokus utamanya adalah pengembangan kurikulum Diploma 2 Analisis Kimia dengan menghadirkan narasumber dan peserta yang terdiri dari tenaga ahli dari industri perusahaan ternama.
Perusahaan tersebut diantaranya PT Huadi Nickel-Alloy Bantaeng, PT Sucofindo, PT Charoen Pokphand, PT Tri Star Mandiri Bantaeng, PT Antam, PT Vale, PT IMIP Morowali, PT PolytamaPropindo, PT Maruki Internasional, PT Eastern Pearl Flour Mills dan PT Inensunan Mills.
Salah satu hasil kerjasama berkelanjutan antara S4C (Skills for Competitiveness), Swisscontact dengan AKOM Negeri Bantaeng, selain pengembangan kurikulum, juga melakukan S4C bersama konsorsium partner seperti Universitas Bern Technology of Applied Science dari Swiss.
Adapun upaya AKOM untuk menjadi lembaga pendidikan vokasi politeknik unggulan bertaraf nasional dan internasional, kini dilakukan pengembangan dan pemberian bantuan teknis untuk penguatan manajemen kampus, kerjasama dengan industri, pemagangan, teaching factory, pengembangan pusat unggulan food processing dan pengembangan yang lainnya.
Sementara itu Corporate Secretary PT Kawasan Industri Makassar (KIMA) Imran Yamin menyambut baik dan mengapresiasi AKOM yang menyiapkan tenaga siap pakai di sektor industri.
"Kami senang, karena biasanya perusahaan-perusahaan yang ada di KIMA kesulitan mencari tenaga profesional," katanya.