Donggala, Sulteng (ANTARA Sulsel) - Masyarakat yang bermukim di Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah meminta pemerintah membangun tanggul penahan ombak untuk desa-desa yang terletak di pesisir pantai.

Desa Salubomba dan Towale yang terletak di wilayah pinggiran Banawa Tengah rentan banjir dan air pasang.

"Dalam seminggu air bisa masuk sampai dua kali, rata-rata sebulan bisa samapai 40 kali," kata Kepala Desa Towale Anshar di Donggala, Rabu.

Dia mengeluhkan, dusun Simbe di daerah Towale yang diakui cukup parah, karena sekolah yang terletak di daerah pesisir pantai sering terendam air laut.

Aktifitas belajar mengajar di daerah itu terganggu akibat halaman sekolah SD negeri Simbe terendam air. "Anak-anak sudah tidak bisa lagi gelar upacara bendera hingga bermain-main disitu," ungkapnya.

Warga Desa Towale yang berjumlah 3.819 jiwa dengan 503 kepala keluarga sejauh ini masih berharap pemerintah setempat membangun infrastruktur di daerah itu, apalagi memasuki musim penghujan tahun ini resiko daerah itu terendam air laut cukup besar.

Selain itu, tanaman mangrove dan karang laut yang terdapat di daerah pesisir itu hingga saat ini sudah tidak mampu lagi menahan hempasan gelombang laut yang semakin kencang saat ini.

"Abrasi semakin hari sudah mulai mendekat di pemukiman warga," keluhnya.

Mengantisipasi ancaman banjir memasuki musim penghujan ini, masyarakat di dua desa itu bersama dengan lembaga swadaya masyarakat Inggris Oxfam Great Britain melakukan rencana aksi.

Mereka telah membangun jembatan evakuasi untuk penyelamatan dan pengungsian warga setempat, jika sewaktu-waktu terjadi banjir pasang atau tsunami yang disebabkan adanya pertemuan air pasang dengan banjir dari hulu.

Jembatan yang telah menghabiskan anggaran Rp20 juta itu sepenuhnya didanai oleh komisi Eropa melalui program DipECHO (Disaster Preparedness Europe Commission?s Humanitarian Aid) yang dilaksanakan oleh Oxfam GB.

(T.PK-HK/A033)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024