Pangkep (ANTARA) - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memperkenalkan buah beracun yang dikenal dengan nama "Siapa" sebagai komoditas pertanian yang diekspor ke Jepang.

"Buah ini kalau dimakan bisa keracunan, tapi justru ini merupakan komoditas ekspor yang sangat diminati dan menjadi komoditas yang dikirim ke Jepang," kata Amran pada kegiatan Apresiasi dan Sinkronisasi Program Kementerian Pertanian 2019 di Kabupaten Pangkep , Sulawesi Selatan, Selasa.

Mentan bercerita,  saat masih  kecil di Kabupaten Pangkep pernah keracunan karena memakan buah Siapa, namun karena kegigihan dan keuletanya berjuang melawan kerasnya kehidupan ketika itu, akhirnya pengalaman itu membuatnya mendapatkan posisi seperti saat ini.

Pada kesempatan itu, Amran melepas ekspor sekitar 33 ton buah siapa yang dimuat sejumlah truk dengan beberapa kontainer, termasuk melihat sedikitnya 10 truk berisi ternak kambing dan ayam yang siap dibagikan ke masyarakat di empat daerah yakni Kabupaten Pangkep, Barru, Maros, dan Kota Pare-pare.

Total bantuan yang diberikan kepada kelompok tani, 35 pesantren, dan masyarakat yang tersebar pada empat daerah itu baik berupa ternak, bibit tanaman maupun alat mesin pertanian mencapai Rp34,4 miliar.

Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Pangkep Syahban Sammana memberikan apresiasi kepada Mentan yang juga putra daerah karena dinilai peduli dengan kebutuhan petani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan mereka.

"Semoga bantuan ini dapat dipelihara dengan baik, amanah dalam menerima bantuan dan kemudian mengembangkannya untuk ditularkan ke kelompok lain," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Mentan meresmikan pembentukan Gerakan Pemuda Tani Indonesia (Gempita) untuk wilayah Kabupaten Pangkep, Maros, Barru dan Kota Pare-pare, sehingga jumlah peserta yang hadir di GOR Andi Mappe, Kabupaten Pangkep mencapai 15 ribu orang.


Dalam upaya mendorong ketahanan pangan nasional dan menyosialisasikan keanekaragaman sumber daya hayati, Pemprov Sulsel sebelumnya telah menggelar Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Tingkat Nasional VI Tahun 2018 di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan pada 23-26 Oktober 2018 dengan menghadirkan 105 varietas dari berbagai jenis tanaman pangan.

"Ada 105 varietas benih unggul nasional, dan unggul lokal tanaman padi, kedelai, jagung dan tanaman pangan lainnya yang akan kami pamerkan di acara tersebut," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulsel, Fitriani.

Benih-benih tanaman tersebut, kata dia, telah ditanam di lokasi acara pada areal seluas 5 hektare, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan, para pengunjung dapat menyaksikan penampakan morfologi tanaman yang berasal dari benih unggulan itu.

Fitriani menjelaskan kegiatan Gebyar Perbenihan ini telah menjadi agenda tahunan, dan tahun ini Sulsel memperoleh kepercayaan sebagai tuan rumah.

Kegiatan ini, lanjutnya, melibatkan jajaran Kementerian Pertanian, dan Pemerintah Provinsi serta para pelaku usaha perbenihan.
Sementara Penjabat Sekretaris Daerah Tautoto Tanaranggina yang memimpin rapat pemantapan pelaksanaan Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan tersebut mengatakan kegiatan ini diharapkan dapat melestarikan plasma nutfah dan mendukung industri benih nasional.

"Kami berharap dengan koordinasi yang baik, kegiatan ini akan berhasil dalam berbagai aspek," kata dia.

Gebyar Perbenihan Tanaman Pangan Nasional VI Tahun 2018 yang dipusatkan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan memamerkan aneka produk unggulan dari 34 provinsi.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sulsel H Fitriani mengemukakan seluruh perwakilan dari Dinas Pertanian di Indonesia hadir di tempat ini bertujuan memeriahkan kegiatan untuk bertukar informasi dan pengalaman dalam mengembangkan sektor pertanian dan juga ketahanan pangan.

Hal itu dibenarkan salah seorang peserta dari Dinas Pertanian Papua Barat, Emelia Barlina. Dia mengatakan, pihaknya ingin mengetahui banyak teknik dan strategi bercocok tanam di wilayah yang merupakan tadah hujan yang ternyata berhasil di daerah lain.

            teknologi inovasi

Dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional, perguruan tinggi dan Kementerian Pertanian menggelar forum pengembangan ekonomi berbasis pada Sumber Daya Alam (SDA) dengan memanfaatkan teknologi inovasi.

Hadirnya forum ini sinergi dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi dan dunia usaha bisa berjalan dengan baik sejalan dengan peringatan Hardiknas.

Sekaligus forum ini untuk mengurai berbagai permasalahan menghilirisasi hasil penelitian produk inovasi kesehatan dan ketahanan pangan, dibutuhkan kesepahaman kolektif.

Tidak hanya itu, masukan tidak hanya dari kementerian sebagai pembuat regulasi di tingkat pusat tapi butuh masukan dari stakeholder pangan dan kesehatan serta pelaku industri di daerah.

Forum ini, diharapkan menghasilkan rekomendasi rencana aksi dan formulasi kebijakan untuk mendorong peningkatan produktivitas dan nilai tambah komoditas pangan serta strategi menyiapkan bahan baku obat untuk mendukung kebutuhan obat nasional.

Selain itu, lembaga Litbang, Perguruan Tinggi dan Industri tidak boleh jalan sendiri-sendiri. Manajemen inovasi di Perguruan Tinggi harus mampu mengadaptasi kebutuhan praktis industri.

Di sisi lain, industri mesti memiliki keberpihakan terhadap pemanfaatan hasil riset dan inovasi Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang.

Dalam konsepsi dan implementasi pengembangan klaster inovasi, kehadiran Pemerintah selaku `driven innovation` melalui kepemimpinan dan kebijakan yang inovatif sangat dibutuhkan membina iklim kondusif sehingga tercipta kolaborasi yang sinergis antaraktor inovasi.

Pendekatan klaster inovasi, kata dia, tidak sekadar sebagai konsep, tetapi sebagai platform nasional baik dalam konteks pembangunan ekonomi nasional dan daerah berbasis pengetahuan, maupun peningkatan daya saing produk inovasi daerah.

Pendekatannya melalui peningkatan peran lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai salah satu elemen yang berperan penting dalam menciptakan invensi, produk inovasi dan SDM untuk mendukung penumbuhan ekonomi daerah berbasis komoditas lokal.

 

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024