Makassar (ANTARA) - Kepala Badan Nasional  Penanggulangan Bencana (BNPB) oni Monardo mengatakan masyarakat dapat mengasah naluri "survival" atau bertahan hidup saat ditempa bencana melalui latihan kesiapsiagaan.

"Melalui latihan, masyarakat dapat mengasah naluri untuk bertahan hidup," katanya dalam sambutannya pada peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) yang dibacakan Kepala BPBD Sulsel Syamsibar di kampus Unhas Makassar, Jumat.

Ia menjelaskan, trend bencana meningkat setiap tahun, pada 2018 saja, tercatat 2.572 bencana yang terjadi di Indonesia. Untuk itu masyarakat perlu berlatih kesiapsiagaan menghadapi bencana.

"Pendidikan paling dini wajib dilakukan mulai dari rumah. Untuk itu peran ibu dan perempuan menjadi sangat penting. Menyadari hal tersebut, pada 2019 ini kita memilih tema ‘Perempuan Sebagai Guru Kesiapsiagaan dan Rumah Sebagai Sekolahnya’"," katanya.

Dia mengatakan bahwa pelaksanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Nasional dimaksudkan untuk selalu mengingatkan akan pentingnya untuk bersiap setiap saat.

"Peringatan HKB yang jatuh pada tanggal 26 April setiap tahun dilaksanakan di semua lembaga dan kantor-kantor, baik pemerintah maupun swasta. Ini maksudnya adalah untuk mengingatkan perlunya selalu kita mengantisipasi bencana," ujarnya.

Peringatan HKB tahun ini mengusung slogan 'Siap Untuk Selamat'. Kesiapsiagaan bencana dilakukan melalui latihan yang harus dimulai dari diri sendiri, keluarga dan komunitas.

Menyadari pentingnya pendidikan, maka tahun ini HKB diselenggarakan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Peringatan ini juga diharapkan dapat mendorong perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang memiliki wawasan dan cara pandang tepat sesuai prinsip-prinsip pengurangan resiko bencana.

Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiwaan, Kemenristekdikti Prof Ismunandar, menceritakan pengalaman dirinya yang merupakan salah satu survivor (orang yang selamat) dari bencana gempa dan tsunami dahsyat yang menerjang Aceh tahun 2004 lalu.

"Tanggal 26 Desember 2004, ketika gempa dan tsunami menerjang Aceh, saya berada di sana. Saya baru selesai memberikan kuliah umum. Begitu getaran gempa terjadi, saya yang sedang berada di lantai atas hotel segera lari menuruni tangga. Belakangan saya ketahui, itu tindakan yang sangat salah. Di mana saja, anak tangga adalah bagian bangunan paling rapuh. Saya betul bersyukur dapat selamat dari bencana tersebut," kata Ismunandar.

Ia mengatakan perlunya pendidikan dan latihan yang rutin dapat mengurangi resiko bencana. Melalui pusat studi kebencanaan seperti yang ada di Unhas.

"Mohon mahasiswa dapat menyebarluaskan kesiapsiagaan kepada masyarakat saat KKN nanti. Kuncinya adalah kita perlu sering latihan di tempat masing-masing-masing," kata  Ismunandar.

Universitas Hasanuddin mewujudkan gagasan tersebut melalui launching KKN Kebencanaan yang merupakan salah satu skema KKN Tematik tahun yang berlangsung pada bulan Mei-Juli 2019.

Kegiatan KKN Kebencanaan ini akan diikuti oleh sekitar 1000 mahasiswa yang akan dipusatkan di Kabupaten Gowa.***3***

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024