Makassar (ANTARA) - Ekspor tuna Sulawesi Selatan masih minim yakni 3.000 ton, jika dibanding dengan produksinya yang mencapai 10.000 ton per tahun.

"Kondisi ini terjadi karena penanganan dan pengelolaan pascaproduksi. Karena itu menjadi tantangan untuk memecahkan masalah tersebut," kata Kabid Pengelolaan dan Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikan Sulawesi Selatan Dr Nasir Mallawi  pada Workshop Media bertema "Pengarustamaan Isu Kelautan dan Pesisir di Sulawesi Selatan" di Makassar, Selasa.

Dia mengatakan bahwa kondisi ini menjadi pekerjaan rumah (PR) baik bagi pemerintah maupun pelaku usaha di bidang perikanan agar produksi perikanan yang berlimpah itu dapat dikelola dengan baik dan memberikan nilai ekonomi baik bagi nelayan maupun masyarakat di daerah ini.

Sementara itu total produksi perikanan tangkap, lanjut dia, rata-rata mencapai 600 ribu ton per tahun, namun hasil tangkapan baru dimanfaatan 300 ribu ton per tahun.

"Artinya, masih ada potensi yang bisa ditingkatkan produksi perikanan itu hingga 600 ribu ton," katanya.

Menurut dia, salah satu kendala dalam mengoptimalkan tangkapan sumber daya laut (SDA), karena sarana dan prasaran yang dimiliki nelayan di Sulsel. Sebagai gambaran, berdasarkan data Dinas KKP Sulsel diketahui armada penangkapan kapasitasnya dibawah 10 GT sebanyak 60 persen, namun dari data nasional tercatat 93 persen.

Armada nelayan Sulsel, lanjut dia, sebagian besar menggunakan kapal bermesin 5 GT atau yang dikenal dengan nama "katinting" dengan jangkauan tangkapan yang terbatas.

Berkaitan dengan hal tersebut, Nasir mengatakan, Pemprov Sulsel melalui Dinas KKP Sulsel mendorong peningkatan kapasitas mesin kapal nelayan dengan memberikan bantuan mesin tempel dan alat tangkap.

"Setidaknya ada 13 wilayah operasi nelayan di Sulsel yang mendapatkan bantuan mesin kapal berkapasitas 15 GT - 30 GT, termasuk mendorong nelayan membuat koperasi sehingga bisa mendapatkan akses pasar, bahkan eskpor," katanya.

Kegiatan workshop media ini diselenggarakan media yang fokus pada isu lingkungan, Mongabay dan JALIN Intitute, Blue Forest dengan menghadirkan nara sumber dari Dinas KKP Sulsel, Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Sulsel DR Rijal M Idrus, Yusran Nurdin Massa dari Blue Fores dan Idham Malik dari WWW-Indonesia. Kabid Pengelolaan dan Penataan Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Dinas Kelautan dan Perikan Sulawesi Selatan Dr Nasir Mallawi disela Workshop Media membahas "pengarusutamaan isu kelautan dan pesisir di Sulawesi Selatan" di Makassar, Selasa (30/04/2019). ANTARA Foto/ Suriani Mappong

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024