Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan siap memberangkatkan sebanyak 28 guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se-Provinsi Sulawesi Selatan ke Jepang pada Juni 2019.
"InsyaAllah, guru-guru PAUD di Provinsi Sulawesi Selatan bisa pergi ke Jepang dan melihat langsung seperti apa sekolah-sekolah yang ada di sana," kata Bunda PAUD Provinsi Sulawesi Selatan Liestiaty F Nurdin saat menghadiri Coaching Pembentukan dan Penguatan Kader Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga dan Masyarakat Provinsi Sulsel di Makassar, Selasa.
Coaching yang merupakan kerja sama Dinas Pendidikan dan TP PKK Provinsi Sulawesi Selatan serta Bunda PAUD Kabupaten/Kota ini sengaja dilaksanakan dengan rencana keberangkatan 28 guru PAUD dari Kabupaten dan Kota se-Provinsi Sulawesi Selatan ke Jepang. Seluruh guru PAUD yang berangkat ke Jepang dibiayai secara penuh.
"Nanti, setelah para guru berangkat pada bulan Juni, InsyaAllah nanti Bunda Paud se-Kabupaten/Kota menyusul untuk berkunjung ke Jepang dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari sana," ujar istri Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah itu.
Kunjungan yang direncanakan akan berlangsung selama lima hari di Jepang ini nantinya akan melihat langsung seperti apa proses pembelajaran murid-murid pada dua sekolah yang ada di Fukuoka, Jepang.
Selain itu mereka juga akan mengunjungi museum yang ada di Fukuoka untuk merasakan langsung simulasi gempa bumi dan bagaimana cara penanggulangannya.
"Selain melihat proses pendidikan di sana. Saya harap ibu-ibu semua betul-betul memanfaatkan kesempatan ini dan memperhatikan apa-apa saja yang ada di sana, termasuk kalau bisa juga melihat seperti apa toilet yang ada di sekolah sana." ujarnya.
Lulusan Faculty of Fisheries Kyushu University Japan ini juga meminta para guru PAUD yang diberangkatkan ke Jepang untuk memperhatikan seperti apa kandungan gizi pada menu-menu makan siang yang ada di sekolah tersebut, guna memberikan contoh yang baik untuk PAUD di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan ini, Ia juga berbagi cerita tentang pengalamannya tinggal di Fukuoka selama 5 tahun dan mengantar putri pertamanya saat bersekolah pada usia 3 tahun di Jepang.
"InsyaAllah, guru-guru PAUD di Provinsi Sulawesi Selatan bisa pergi ke Jepang dan melihat langsung seperti apa sekolah-sekolah yang ada di sana," kata Bunda PAUD Provinsi Sulawesi Selatan Liestiaty F Nurdin saat menghadiri Coaching Pembentukan dan Penguatan Kader Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga dan Masyarakat Provinsi Sulsel di Makassar, Selasa.
Coaching yang merupakan kerja sama Dinas Pendidikan dan TP PKK Provinsi Sulawesi Selatan serta Bunda PAUD Kabupaten/Kota ini sengaja dilaksanakan dengan rencana keberangkatan 28 guru PAUD dari Kabupaten dan Kota se-Provinsi Sulawesi Selatan ke Jepang. Seluruh guru PAUD yang berangkat ke Jepang dibiayai secara penuh.
"Nanti, setelah para guru berangkat pada bulan Juni, InsyaAllah nanti Bunda Paud se-Kabupaten/Kota menyusul untuk berkunjung ke Jepang dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari sana," ujar istri Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah itu.
Kunjungan yang direncanakan akan berlangsung selama lima hari di Jepang ini nantinya akan melihat langsung seperti apa proses pembelajaran murid-murid pada dua sekolah yang ada di Fukuoka, Jepang.
Selain itu mereka juga akan mengunjungi museum yang ada di Fukuoka untuk merasakan langsung simulasi gempa bumi dan bagaimana cara penanggulangannya.
"Selain melihat proses pendidikan di sana. Saya harap ibu-ibu semua betul-betul memanfaatkan kesempatan ini dan memperhatikan apa-apa saja yang ada di sana, termasuk kalau bisa juga melihat seperti apa toilet yang ada di sekolah sana." ujarnya.
Lulusan Faculty of Fisheries Kyushu University Japan ini juga meminta para guru PAUD yang diberangkatkan ke Jepang untuk memperhatikan seperti apa kandungan gizi pada menu-menu makan siang yang ada di sekolah tersebut, guna memberikan contoh yang baik untuk PAUD di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan ini, Ia juga berbagi cerita tentang pengalamannya tinggal di Fukuoka selama 5 tahun dan mengantar putri pertamanya saat bersekolah pada usia 3 tahun di Jepang.