Jakarta (ANTARA) - Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Sumardjo Gatot Irianto mengatakan musim kemarau yang terjadi dna mencapai pada puncaknya pada Juli-Agustus ini menjadi kesempatan untuk mengoptimalisasi lahan rawa yang bisa produktif di tengah kekeringan.

"Kami juga melibatkan wilayah rawa agar mengupayakan penambahan LTT (Luas Tambah Tanam) melalui optimalisasi potensi lahan rawa. Rencana aksi bisa dengan bantuan benih padi, jagung, kedelai, tumpangsari, optimalisasi lahan, serta bantuan alsintan," kata Sumardjo di Jakarta, Rabu.

Ia menjelaskan meski beberapa wilayah terdampak kekeringan dan mengakibatkan puso, justru daerah lahan rawa lebak seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Lampung, Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat, dapat dioptimalkan untuk meningkatkan LTT.

Berdasarkan data Ditjen Tanaman Pangan, wilayah potensi lahan kering yang masih terdapat air sekitar 2,3 juta hektare (ha) berada di 152 kabupaten di 14 provinsi. Provinsi tersebut yaitu, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.

Sementara itu, potensi lahan rawa seluas 675.000 hektare berada di 31 kabupaten di enam provinsi, yakni, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.

Gatot menyarankan petani di lahan kering yang curah hujannya masih cukup, sebaiknya menggunakan varietas padi gogo jika bertanam kembali. Sebelum bertanam dan sesudah dipanen, petani harus men gecek kadar air, apakah masih atau sudah kering.Pengecekan dapat dilakukan dengan mencabut sisa jerami. Jika mudah dicabut, lahan tersebut masih basah dan layak ditanami padi gogo.

"Lakukan penugalan Tanpa Olah Tanah (TOT) di samping pangkal jerami, isi tiga biji per lubang," kata Gatot.

Untuk pertanaman padi di lahan rawa, Gatot mengatakan pemerintah telah membuat proyek percontohan padi rawa, bahkan kini sudah ada yang panen. Hasilnya sudah terlihat. Jika sebelumnya petani menggunakan benih lokal (pertanaman enam bulan baru panen), kini dengan benih Inpara-3 pertanaman padi hanya 3-4 bulan.

Produktivitasnya juga meningkat. Jika sebelumnya hanya 2,5 ton per hektare, kini menjadi 4,58 ton per hektare. Indeks Produksi (IP) juga naik dari sebelumnya 100 menjadi 200 yang tanam pada Maret, Juli dan Agustus.

 

Pewarta : Mentari Dwi Gayati
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024