Jakarta (ANTARA) - Para pedagang pelaku bisnis yang berada di kawasan Kota Tua Jakarta (Pinangsia, Glodok, Pasar Pagi, Asemka, dan sekitarnya) menyambut baik rekonsiliasi politik antara dua capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto.

Ketua Umum Pengelola Pusat Perbelanjaan Plaza Pinangsia di kawasan Glodok, Jakarta Barat, Jacky Sutiono, Sabtu mengatakan sebelum rekonsiliasi terwujud para pedagang merasa tidak aman dan was-was dengan situasi yang tak pasti dan khawatir akan terjadinya keributan di mana-mana.

"Dengan terwujudnya rekonsiliasi ini, semua menjadi damai dan aman, sehingga aktivitas perdagangan di kawasan Kota Tua kembali mengeliat dan itu membuat para pedagang merasa senang," katanya dalam keterangan tertuisnya.

Ke depan, pasca-rekonsiliasi Jacky bersama 30.000an pedagang di kawasan Kota Tua optimis situasi akan membaik, aman, dan damai, apalagi nilai mata uang rupiah terhadap dolar AS kini mulai menguat.

Kondisi ini tentu mendorong para pengusaha, pedagang dan pelaku ekonomi lainnya tidak lagi hanya melihat dan menunggu, tetapi juga dipastikan sudah mulai kembali mengambil sikap.

Demi melihat situasi yang kondusif dan penuh damai saat ini, ia pun mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersatu membangun Indonesia ke depan dan berharap tidak ada lagi peristiwa anarkis dan kerusuhan seperti yang pernah terjadi pada 1998 yang membuat semuanya terpuruk dan meninggalkan luka dalam.

Sementara itu pengamat ekonomi dan bisnis dari Universitas Indonesia (UI), Athor Subroto mengatakan situasi yang terjadi sebelum pemilu memang berdampak langsung pada perekonomian, termasuk kelesuan ekonomi di kawasan Kota Tua, Jakarta.

"Setelah rekonsiliasi kemarin, saya kira merupakan pesan bahwa proses pemilu telah selesai, persaingan politik dengan suksesi kepemimpinan sudah usai maka mulai dipersatukanlah sumber-sumber daya dari bangsa ini," jelas Athor yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI.

Namun ada hal lain yang menjadi tantangan baru bagi pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat terhadap perkembangan perekonomian ke depan, yakni revolusi industri 4.0, di mana pasar pun sudah menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.

Maka mau-tidak mau Pemerintah dituntut gesit untuk mencari solusi dari kesenjangan melek teknologi antara pedagang konvensional dan pedagang yang berbasis teknologi. Mengingat transaksi kini, kata dia, tidak lagi harus terjadi di pasar, melainkan cukup melalui dunia internet.

"Semua pihak harus bergotong royong dalam menanggapi perubahan. Segala tingkat kehidupan ekonomi jangan sampai ada yang tertinggal era Industrial 4.0”, ujar Athor.

Pewarta : Feru Lantara
Editor : Amirullah
Copyright © ANTARA 2024