Sigi (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah masih mempertahankan cara tradisional menanam padi sawah karena dinilai paling efektif dan hasilnya cukup bagus.

"Selama ini kami menanam padi sawah dengan cara tradisional yakni menabur langsung benih setelah lahan selesai dibajak," kata Zulkifli, seorang petani di Desa Porame, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Selasa.

Ia mengatakan sudah bertahun-tahun menggunakan cara menanam padi seperti itu dan hasilnya bagus.

Menurut dia, yang penting, benih yang ditabur merupakan bibit pilihan. Artinya padi yang disiapkan untuk dijadikan benih kualitasnya bagus dan setelah ditanam menggunakan pupuk yang teratur sesuai dengan petujuk tehnis instansi berwenang.

Hal senada juga disampaikan Rusmin, seorang petani di desa yang sama. Ia juga mengatakan menanam padi dengan cara menabur langsung ke sawah.

"Saya juga menaman padi dengan cara menabur langsung dengan catatan areal sawah sebelum ditanami dibajak dan dibersihkan dengan baik agar rumput tidak tumbuh bersamaan dengan padi," kata dia.

Hasilnya sama dengan petani yang menanam padi dengan cara menyemaikan benih lalu setelah sudah cukup umur, barulah dipindahkan atau ditanam kembali di sawah.

Sementara ribuan petani tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Biromaru, Dolo, Tanambulava dan Gumbasa di Kabupaten Sigi yang terdampak bencana alam gempabumi 7,4 SR yang terjadi pada 28 September 2018 hingga kini tidak bisa menanam padi sawah karena areal persawahaan hancur diterjang gempa dan likuefaksi serta jaringan irigasi rusak total.

Kebanyakan petani saat ini hanya menanam beberapa komoditi jangka pendek yang tidak membutuhkan banyak air seperti halnya tanaman padi yang butuh air secara berkesinambungan.

Komoditas yang sekarang ini dikembangkan di eks areal persawahan di tiga kecamatan di Kabupaten Sigi yang terdampak parah bencana alam tersebut adalah jagung, cabai, tomat dan kacang-kacangan.

Pewarta : Anas Masa
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024