Makassar (ANTARA News) - Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mempersiapkan rekomendasi pencegahan gerakan radikal sejak dini melalui kegiatan intra sekolah.

"Isu strategis ini yang coba kami bawa pada Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) mendatang," kata Ketua Umum IPNU Ahmad Syauqi di Makassar, Jumat.

Melalui kegiatan intra sekolah yang berbasis keagamaan para siswa akan diberikan pemahaman yang benar untuk mengeliminir bentuk-bentuk radikalisme pelajar dan lebih jauh tentang terorisme.

Rohis (rohani dan Islam) adalah sebuah lembaga untuk memperkuat keislaman dan biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler. Fungsi Rohis sebenarnya adalah forum mentoring dan dakwah.

Ia mengatakan, kondisi ini membuktikan regenerasi kepemimpinan yang bersifat keras mulai berkembang di sekolah.

"Kami juga telah merekomendasikan hal ini pada kader-kader NU yang duduk di kursi legislatif dan tengah melakukan langkah-langkah untuk mengajukannya ke Kementerian Pendidikan Nasional," katanya.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh IPNU, ia mengatakan, Jawa Barat serta DKI Jakarta dan sekitarnya adalah daerah yang sedikit lebih subur dibandingkan daerah lain akan peluang munculnya gerakan-gerakan radikal.

"Untuk Sulsel sendiri kami belum menemukan tapi kemungkinan tetap ada terutama pada daerah-daerah yang dinamis," jelasnya. Namun, peluang munculnya gerakan-gerakan radikal sangat kecil pada daerah yang memiliki banyak pesantren dan tokoh-tokoh agama seperti kyai.

Sementara itu, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu'mang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kehadiran orang dari luar yang memprovokasi gerakan yang dilakukan oleh pemuda.

"Otak pelaku teror di Indonesia kebanyakan orang dari luar, itu makanya orang-orang dari luar yang perlu kita waspadai," ujarnya.

Ia berharap, IPNU dapat berperan aktif dalam upaya mengurangi bahkan menekan kegiatan yang dapat mengancam keamanan, ketenteraman dan kesejahteraan rakyat.

"Mudah-mudahan Muktamar NU dapat menghasilkan rekomendasi untuk kepentingan rakyat banyak," ujarnya. (T.KR-RY/S016)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024