Mamuju (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat, menggelar kegiatan penguatan Posyandu dalam pemberdayaan masyarakat untuk penurunan dan pencegahan stunting.

Penguatan Posyandu yang digelar pada Rabu, di ruang pola Kantor Bupati Majene dengan diikuti seluruh kader Posyandu di daerah itu, menghadirkan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar dr Arsyad M.Si sebagai narasumber.

"Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan penguatan kepada kelembagaan Posyandu yang merupakan bagian dari pembangunan untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera," kata Kepala Dinas Kesehatan Majene dr Rahmat Malik.

Ia mengatakan, kader Posyandu sebagai ujung tombak tenaga pemberdayaan masyarakat dimana mereka yang bertugas meningkatkan kualitas maupun kuantitas Posyandu termasuk upaya meminimalkan dan pencegahan stunting di wilayahnya masing-masing.

Tujuan dari kegiatan tersebut lanjutnya, untuk memberikan pemahaman akan peran dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di desanya, memahami peran dan tugas kader dalam pengelolaan Posyandu, melaksanakan peran dan tugasnya dalam pencegahan stunting dan menjadikan penggerak penyuluh dan pencatat sederhana dalam mendukung pencegahan stunting di Posyandu.

Mantan Direktur RSUD Majene ini juga mengatakan, Pemkab Majene dan Tim Penggerak PKK Majene bekerjasama dengan Universitas Hasanuddin Makassar dalam menyelenggarakan kegiatan orientasi penguatan Posyandu dan pemberdayaan masyarakat dan pencegahan stunting 2019.

Sementara, Bupati Majene Fahmi Massiara yang membuka kegiatan tersebut mengatakan, pemerintah terus berkomitmen untuk menekan angka stunting dengan berbagai program, di antaranya intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif yang melibatkan lintas sektor terkait.

Sebagai ujung tombak pelayanan, Bupati meminta kepada Puskesmas agar dapat bekerja sama dengan pemerintah kecamatan, desa dan keluarga termasuk kader kesehatan dalam melakukan kegiatan ini dengan beberapa inovasi di lapangan melalui tindakan promotif dan preventif, tidak hanya sifatnya kuratif atau mengobati.

"Stunting terjadi lantaran kekurangan gizi dalam waktu lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (hpk) sejak bayi dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun, Puskesmas harus bisa memberikan penguatan pencegahan stunting di wilayah tugasnya," jelas Fahmi Massiara.
 

Pewarta : Amirullah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024