Makassar (ANTARA) - Sekitar 9.000 kepala keluarga (KK) warga Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya di Makassar hanya mengandalkan sumur bor sedalam 100 meter pada musim kemarau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi.

"Kondisi ini terjadi pada setiap musim kemarau, karena debit air berkurang dan suplai PDAM tidak memungkinkan melayani area yang berada di ketinggian," kata Lurah Bulurokeng Darmawan, S.SPT di Makassar, Senin.

Dia mengtakan, suplai air bersih dari PDAM yang minim pada musim kemarau juga dialami wilayah tetangga yang berada di bagian utara Kota Makassar. Sementara sumur bor yang ada debit airnya terus berkurang.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, khususnya kebutuhan konsumsi air minum dan masak, hanya wilayah tentangga yakni Untia dan Katimbang mendapatkan suplai air bersih dari layanan mobil tangki PDAM Makassar.

"Selama ini sebagian warga kami mendapat suplai air bersih dari perusahaan pengembang yang berada di Wilayah Bulurokeng," katanya.

Sulitnya mendapatkan mata air atau air tanah di wilayah Bulurokeng, lanjut Darmawan, selain karena topografi tanahnya, juga karena Bulurokeng merupakan bebatuan, sehingga untuk membuat sumur bor membutuhkan kedalaman hingga 100 meter.

"Kalau kedalaman 80 meter belum mendapatkan air, kalaupun ada airnya sangat terbatas," katanya.

Berkaitan dengan hal itu, rata-rata warga membuat tempat penampungan air atau tempat menadah air hujan untuk persediaan air. Sementara areal persawahan rata-rata adalah sawah tadah hujan, sehingga hanya dapat sekali hingga dua kali panen saja. Berbeda dengan sawah irigasi yang dapat tiga kali panen setahun.

"Karena itu, kami berharap musim kemarau ini tidak berkepanjangan, agar aktivitas warga bisa lebih baik lagi dan yang menggantungkan hidup di sektor pertanian bergairah kembali," ujar Darmawan.
 

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024