Yogyakarta (ANTARA) - Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tuan rumah simposium tekstil tradisional ASEAN 2019 yang bertajuk Embracing Change, Honoring Tradition.
Acara dua tahunan pemerhati wastra se-Asia Tenggara yang berlangsung 5 sampai 8 November itu dibuka di Yogyakarta pada Selasa.
"Besar harapan kita semua, bahwa event simposium ini akan semakin menguatkan jalinan persahabatan di antara negara-negara anggota ASEAN," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X dalam sambutannya pada pembukaan 7th ASEAN Traditional Textile Symposium 2019 yang dibacakan oleh Pj Sekda DIY Arofa Noor Indriani.
Sebagai warisan budaya sekaligus produk peradaban, menurut dia, kain atau wastra tradisional memiliki filosofi-filosofi luhur yang tervisualisasi dalam corak, keragaman, perpaduan warna, dan pada proses pembuatannya.
Keragaman itulah yang menurut Sultan membuat wastra tradisional menjadi menarik dan harus dilestarikan keberadaannya.
Ia juga bersyukur salah satu wastra tradisional Indonesia, batik, telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.
"Dari aneka corak indah wastra inilah persaudaraan regional akan semakin menguat, sehingga pada akhirnya kesejahteraan regional akan terwujud di ASEAN," kata dia.
Ia berharap simposium tekstil tradisional ASEAN 2019, yang menghadirkan narasumber dari Asia, Amerika, dan Eropa, bisa menjadi ajang transfer pengetahuan dalam dunia pertekstilan tradisional.
Kegiatan yang juga meliputi pameran wastra serta kompetisi desain wastra dan fotografi itu juga diharapkan mampu melahirkan karya-karya tekstil yang indah, penuh filosofi, dan bernilai ekonomis.
"Tentu dengan harapan adanya dampak positif bagi para perajin tekstil tradisional, agar tetap bertahan dalam gempita ekonomi global," kata dia.
Simposium itu dihadiri oleh 23 pemerhati wastra dari 16 negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Korea, Jepang, China, Indonesia, Philipina, Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia, Laos, serta Vietnam.
Kepala Sub Direktorat Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Binsar Simanullang mengatakan bahwa simposium tekstil ASEAN 2019 mendukung pelestarian warisan budaya tak benda Indonesia.
Ia mengatakan bahwa Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya telah menetapkan 39 warisan budaya tak benda Indonesia yang berkaitan dengan tekstil yakni batik, ulos, dan kain tenun.
Acara dua tahunan pemerhati wastra se-Asia Tenggara yang berlangsung 5 sampai 8 November itu dibuka di Yogyakarta pada Selasa.
"Besar harapan kita semua, bahwa event simposium ini akan semakin menguatkan jalinan persahabatan di antara negara-negara anggota ASEAN," kata Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan HB X dalam sambutannya pada pembukaan 7th ASEAN Traditional Textile Symposium 2019 yang dibacakan oleh Pj Sekda DIY Arofa Noor Indriani.
Sebagai warisan budaya sekaligus produk peradaban, menurut dia, kain atau wastra tradisional memiliki filosofi-filosofi luhur yang tervisualisasi dalam corak, keragaman, perpaduan warna, dan pada proses pembuatannya.
Keragaman itulah yang menurut Sultan membuat wastra tradisional menjadi menarik dan harus dilestarikan keberadaannya.
Ia juga bersyukur salah satu wastra tradisional Indonesia, batik, telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.
"Dari aneka corak indah wastra inilah persaudaraan regional akan semakin menguat, sehingga pada akhirnya kesejahteraan regional akan terwujud di ASEAN," kata dia.
Ia berharap simposium tekstil tradisional ASEAN 2019, yang menghadirkan narasumber dari Asia, Amerika, dan Eropa, bisa menjadi ajang transfer pengetahuan dalam dunia pertekstilan tradisional.
Kegiatan yang juga meliputi pameran wastra serta kompetisi desain wastra dan fotografi itu juga diharapkan mampu melahirkan karya-karya tekstil yang indah, penuh filosofi, dan bernilai ekonomis.
"Tentu dengan harapan adanya dampak positif bagi para perajin tekstil tradisional, agar tetap bertahan dalam gempita ekonomi global," kata dia.
Simposium itu dihadiri oleh 23 pemerhati wastra dari 16 negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Korea, Jepang, China, Indonesia, Philipina, Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia, Laos, serta Vietnam.
Kepala Sub Direktorat Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Binsar Simanullang mengatakan bahwa simposium tekstil ASEAN 2019 mendukung pelestarian warisan budaya tak benda Indonesia.
Ia mengatakan bahwa Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya telah menetapkan 39 warisan budaya tak benda Indonesia yang berkaitan dengan tekstil yakni batik, ulos, dan kain tenun.