Makassar (ANTARA News) - Provinsi Sulawesi Selatan mulai mengembangkan pohon nyamplung untuk diolah sebagai tenaga biodiesel.
"Potensi Sulsel sangat besar dengan 1.742 ha lahan pohon nyamplung yang siap tumbuh alami," kata Kepala Badan Litbang Departemen Kehutanan Syahrir Fathoni di Makassar, Rabu.
Pihaknya melakukan kunjungan kerja ke Sulsel memberikan informasi mengenai potensi pohon tersebut di Kabupaten Selayar dan berencana menyiapkan mesin pengolahannya untuk dimanfaatkan masyarakat setempat.
"Kami bermaksud untuk melakukan uji coba. Hasil penelitian menyebutkan mesin pengolahan tersebut berkapasitas produksi 250 liter per hari," jelasnya.
Ia mengatakan, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mendukung penuh rencana pengembangan ini bahkan menginginkan produksi yang lebih besar.
"Minyak biodiesel yang dihasilkan dari pohon ini bisa langsung digunakan tanpa campuran, kalau minyak nabati lain harus dicampur dengan yang lain," jelasnya.
Menurutnya, ditingkat penelitian dari satu kilo dapat menghasilkan 40 hingga 70 persen atau setara 0,4 hingga 0,6 liter.
Kapasitas produksi juga tergantung dari umur pohon. "Maksimal satu pohon dengan umur 15 tahun bisa memproduksi hingga setengah ton," ujarnya.
Pemerintah daerah tinggal menyesuaikan berapa luas lahan yang diinginkan untuk ditanami pohon nyamplung sesuai dengan hasil yang diinginkan.
Selain di Sulsel, nyamplung tersebar di hampir seluruh pesisir Indonesia. Sebelumnya proses ini telah diuji coba di Kabupaten Purworejo, Kebumen dan Banyuwangi.
"Baru empat daerah ini termasuk Selayar yang mulai mengembangkannya," katanya yang mengatakan Gubernur Sulsel juga berencana mengembangkannya di tempat lain.
Jumlah mesin pengolahannya, kata dia, baru terdapat beberapa unit di Indonesia. Selain yang akan dibawa ke Selayar, mesin yang pertama ada di Yogyakarta.
"Kami persilahkan, pemerintah daerah lainnya melihat dan mengembangkannya sesuai potensi daerah masing-masing," katanya. (T.KR-RY/F003)
"Potensi Sulsel sangat besar dengan 1.742 ha lahan pohon nyamplung yang siap tumbuh alami," kata Kepala Badan Litbang Departemen Kehutanan Syahrir Fathoni di Makassar, Rabu.
Pihaknya melakukan kunjungan kerja ke Sulsel memberikan informasi mengenai potensi pohon tersebut di Kabupaten Selayar dan berencana menyiapkan mesin pengolahannya untuk dimanfaatkan masyarakat setempat.
"Kami bermaksud untuk melakukan uji coba. Hasil penelitian menyebutkan mesin pengolahan tersebut berkapasitas produksi 250 liter per hari," jelasnya.
Ia mengatakan, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mendukung penuh rencana pengembangan ini bahkan menginginkan produksi yang lebih besar.
"Minyak biodiesel yang dihasilkan dari pohon ini bisa langsung digunakan tanpa campuran, kalau minyak nabati lain harus dicampur dengan yang lain," jelasnya.
Menurutnya, ditingkat penelitian dari satu kilo dapat menghasilkan 40 hingga 70 persen atau setara 0,4 hingga 0,6 liter.
Kapasitas produksi juga tergantung dari umur pohon. "Maksimal satu pohon dengan umur 15 tahun bisa memproduksi hingga setengah ton," ujarnya.
Pemerintah daerah tinggal menyesuaikan berapa luas lahan yang diinginkan untuk ditanami pohon nyamplung sesuai dengan hasil yang diinginkan.
Selain di Sulsel, nyamplung tersebar di hampir seluruh pesisir Indonesia. Sebelumnya proses ini telah diuji coba di Kabupaten Purworejo, Kebumen dan Banyuwangi.
"Baru empat daerah ini termasuk Selayar yang mulai mengembangkannya," katanya yang mengatakan Gubernur Sulsel juga berencana mengembangkannya di tempat lain.
Jumlah mesin pengolahannya, kata dia, baru terdapat beberapa unit di Indonesia. Selain yang akan dibawa ke Selayar, mesin yang pertama ada di Yogyakarta.
"Kami persilahkan, pemerintah daerah lainnya melihat dan mengembangkannya sesuai potensi daerah masing-masing," katanya. (T.KR-RY/F003)