Makassar (ANTARA) - Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Selatan Lies F Nurdin menyampaikan dukungannya terhadap gagasan penggunaan sutera sebagai seragam khusus daerah menggantikan batik.

Dukungan itu disampaikan saat menerima kunjungan Komunitas Pecinta Sutera Sulsel di Rumah Jabatan Gubernur di Makassar, Kamis.

Lies mengatakan, tujuan Komunitas Pecinta Sutera Sulsel sejalan dengan salah satu program prioritas Pemprov Sulsel untuk mengembalikan kejayaan sutera. Bersama Dinas Pariwisata, Dinas Perindustrian, dan Dinas Koperasi Sulsel, akan disinergikan program bersama Komunitas Pecinta Sutera Susel untuk kembali mengangkat kejayaan sutera di Sulsel.

"Banyak karya lahir dari komunitas ini, namun mulai langka. Kami siap memfasilitasi untuk dicetak kembali kemudian diumumkan terkait referensi sutera di tahun 1960 hingga 1970," jelasnya.

Falsafah dan simbol sutera yang memuat nilai sakral dan sarat makna mengenai manusia dan kehidupan, kata Lies, akan mulai dikembalikan melalui berbagai program yang akan dikerjakan bersama Komunitas Pecinta Sutera Sulsel.

"Falsafah dan simbol sutera sebagai elemen penting dalam pernikahan dan pesta-pesta adat, akan kembali diperkenalkan karena mulai terkikis oleh ornamen- ornamen modern, nilai sarat makna dan simbol akan diangkat kembali," ujarnya istri Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah itu.

Ketua Komunitas Pecinta Sutera Sulsel, Nuraeni mengatakan, perlunya menanamkan kecintaan dan menjaga kelestarian sutera dengan mulai menggunakan sutera sebagai seragam untuk digunakan di seluruh jenjang pendidikan formal di Sulsel.

Sebagai seragam umroh haji Jemaah asal Sulsel, hingga menggandeng seluruh Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) dari seluruh daerah di Indonesia maupun yang berada di luar negeri, untuk selalu menggunakan sutera sebagai seragam kebanggaan milik masyarakat Sulsel.

"Kami meminta dukungan dari Pemerintah Provinsi, dan dukungan dari Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Sulsel sangat besar untuk kami, beliau (Lies F Nurdin) bahkan memuji ide yang kami sampaikan," kata Nuraeni.

Nuraeni menuturkan, dirinya mulai menggeluti dunia sutera sejak tahun 1969 dengan membentuk komunitas yang berkecimpung di dunia fesyen yang khusus menggunakan sutera sebagai bahan utama.

Ia mengatakan, meski di usianya yang ke 83, ia tetap berharap sutera dapat bertahan dan menjadi kebanggaan masyarakat Sulsel.

Pemprov Sulsel sendiri tengah berfokus mengembalikan kejayaan sutera Sulsel mulai dari hulu hingga ke hilir, dengan mulai memproduksi secara mandiri benang sutera dari budidaya kokon yang dikembangkan di Kabupaten Wajo dan Soppeng. Usaha ini menggandeng Dinas Kehutanan dan Dinas Perindustrian Sulsel dan direncanakan di bulan September 2020, Sulsel tidak lagi melakukan impor benang sutera dari China.

Kepala Dinas Perindustrian Sulsel, Ahmadi Akil menyebutkan, Pemprov Sulsel telah mengalokasikan anggaran di tahun 2020 sebesar Rp 18 miliar untuk mengembangkan produksi benang sutera di dua kabupaten.

Sebagian anggaran akan diambil dari Dinas Kehutanan sebesar Rp 7 miliar, dan di Dinas Perindustrian Rp11,6 miliar. Total keseluruhan adalah Rp18 miliar.

Ahmadi menyebutkan, anggaran sebesar Rp 11 miliar di Dinas Perindustrian akan digunakan untuk membangun rumah produksi di Kabupaten Wajo dan Soppeng yang dilengkapi mesin pemintal. Juga akan ada rumah kokon yang anggarannya Rp 1 miliar untuk penyimpanan stok kokon yang akan dipintal.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024