Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat nilai transaksi ekspor Provinsi Sulawesi Selatan pada Desember 2019 sebesar 123 juta Dolar Amerika Serikat (AS) atau mengalami penurunan 10,45 persen bila dibandingkan nilai ekspor bulan sebelumnya yang mencapai 137,35 juta Dolar AS.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan Yos Rusdiansyah di Makassar, Sabtu (15/2) mengatakan penurunan transaksi ekspor ini karena sejumlah komoditas andalan Sulsel mengalami penurunan permintaan.

"Komoditas andalan Sulsel, seperti nikel, itu permintaannya menurun di bulan Desember dan begitu juga di beberapa komoditas lainnya," ujarnya.

Ia mengatakan nilai transaksi ekspor di Sulsel terkadang tidak menentu karena terjadi fluktuasi dalam setiap bulannya. Kenaikan atau penurunan transaksi membuat neraca perdagangan juga berfluktuasi.

Yos menyatakan nilai perdagangan pada bulan Desember 2019 jika membandingkan dengan bulan yang sama di tahun sebelumnya masih jauh lebih baik.

Pada Desember 2018, nilai transaksi perdagangan Sulsel tercatat hanya 98,48 juta Dolar AS atau lebih tinggi 24,90 persen di Desember 2029 dengan nilai perdagangan sebesar 123 juta Dolar AS.

"Transaksi secara tahunan atau year on year untuk periode yang sama peningkatannya cukup besar 24,90 persen dari kondisi yang sama tahun sebelumnya," katanya.

Yos menyebutkan pada komoditas ini juga, BPS mencatat kontribusi nikel hingga 84,45 juta Dolar AS atau menyumbang 68,66 persen dari seluruh total transaksi.

Komoditas andalan kedua, katanya, ditempati biji bijian berminyak dan tanaman obat dengan transaksi sebesar 8,03 juta Dolar AS (6,53 persen); besi dan baja 6,68 juta Dolar AS (5,43 persen).

Di tempat ketiga, kata dia, ada ikan, udang dan hewan air tidak bertulang belakang sebesar 6,26 juta Dolar AS atau setara 5,09 persen dari total nilai ekspor Sulawesi Selatan.

Selanjutnya, komoditas garam, belerang dan kapur sebesar 4,15 juta Dolar AS (3,38 persen) serta lak getah dan damar sebesar 4,17 juta Dolar AS yang menyumbang 3,39 persen dari nilai total ekspor.

"Bila dibandingkan dengan November sejumlah komoditas memang mengalami penurunan permintaan, seperti nikel, biji bijian berminyak dan tanaman obat, garam, belerang dan kapur. Penurunannya mulai 11,17 persen hingga 38,36 persen," ucapnya.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024