Makassar (ANTARA) - Harga minyak mentah dunia yang anjlok hingga nol dolar AS akibat efek berganda (multi player effect) hendaknya diikuti dengan penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah pandemi COVID-19.
Hal itu dikemukakan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTl) Jatim, Bambang Haryo Soekartono disela keterangan persnya di Makassar, Jumat.
Menurut dia, harga BBM subsidi dan nonsubsidi harusnya mengikuti harga perkembangan minyak dunia, sehingga masyarakat sedikit terbantu beban ekonominya di tengah pandemi COVID-19.
Berkaitan dengan hal itu, lanjut dia, pihaknya berharap pemerintah segera menurunkan harga BBM khususnya solar subsidi dan solar non subsidi untuk transportasi.
Hal itu dinilai penting karena kondisi harga BBM dapat mempengaruhi sejumlah aspek di lapangan, terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 yang telah memicu turunnya daya beli masyarakat.
Lebih jauh, kata Bambang, sejumlah "multi player effect" saat BBM solar diturunkan di antaranya bakal menghidupkan kembali dunia industri dan transportasi yang kini kondisinya mulai terpuruk dampak pandemi COVID-19.
"Kalau sektor industri dan transportasi hidup, maka akan menggugah perekonomian rakyat. Termasuk akan meminimalisir perusahaan yang hendak merumahkan atau menjalankan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawannya," katanya.
Termasuk yang tak kalah pentingnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bakal bergeliat lagi serta perekonomian dapat diselamatkan dari keterpurukan.
Hal ini penting diperhatikan oleh pemerintah, lanjut dia, karena kebutuhan dasar (basic need) industri adalah energi atau BBM itu. Apalagi beban terbesar (tertinggi) setiap usaha atau industri ada pada BBM yakni bebannya mencapai 30 sampai 60 persen dari seluruh biaya produksi.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTl) Jatim, Bambang Haryo Soekartono yang juga adalah mantan anggota DPR RI periode 2014-2019. ANTARA Foto/HO/Budiono
Hal itu dikemukakan Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTl) Jatim, Bambang Haryo Soekartono disela keterangan persnya di Makassar, Jumat.
Menurut dia, harga BBM subsidi dan nonsubsidi harusnya mengikuti harga perkembangan minyak dunia, sehingga masyarakat sedikit terbantu beban ekonominya di tengah pandemi COVID-19.
Berkaitan dengan hal itu, lanjut dia, pihaknya berharap pemerintah segera menurunkan harga BBM khususnya solar subsidi dan solar non subsidi untuk transportasi.
Hal itu dinilai penting karena kondisi harga BBM dapat mempengaruhi sejumlah aspek di lapangan, terlebih lagi di masa pandemi COVID-19 yang telah memicu turunnya daya beli masyarakat.
Lebih jauh, kata Bambang, sejumlah "multi player effect" saat BBM solar diturunkan di antaranya bakal menghidupkan kembali dunia industri dan transportasi yang kini kondisinya mulai terpuruk dampak pandemi COVID-19.
"Kalau sektor industri dan transportasi hidup, maka akan menggugah perekonomian rakyat. Termasuk akan meminimalisir perusahaan yang hendak merumahkan atau menjalankan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawannya," katanya.
Termasuk yang tak kalah pentingnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bakal bergeliat lagi serta perekonomian dapat diselamatkan dari keterpurukan.
Hal ini penting diperhatikan oleh pemerintah, lanjut dia, karena kebutuhan dasar (basic need) industri adalah energi atau BBM itu. Apalagi beban terbesar (tertinggi) setiap usaha atau industri ada pada BBM yakni bebannya mencapai 30 sampai 60 persen dari seluruh biaya produksi.