Makassar (ANTARA News) - Aktivis lingkungan di Sulawesi Selatan menyoroti kondisi bendungan Bili-bili di Kabupaten Gowa, Sulsel yang terancam akan membawa bencana kekeringan di tiga daerah di Sulsel.

Media Officer Jaringan Hijau Elsim, Yusrianti Y. Pontodjaf di Makassar, Sabtu, mengaku prihatin dengan temuan peneliti Universitas Hasanuddin mengenai kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang yang mempengaruhi kualitas sumber air bersih yang tertampung di bendungan Bili-bili.

"Jika hal ini tidak mendapat perhatian serius dari para pihak, maka masyarakat siap siap saja menerima dampak," ucap dia.

Dia mengaku, erosi pada lahan terbuka yang hampir 12 kali lipat dan erosi hutan yang hampir tiga kali lipat terjadi di hulu DAS Jeneberang cukup memprihatinkan, karena hal ini bisa menimbulkan terjadinya kekeruhan sumber air bersih yang dikelola Instalasi Pengelolaan Air (IPA) Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Jika air baku yang diolah IPA Somba Opu melewati ambang batas tingkat kekeruhan air baku yakni diatas 6.000 NTU dipastikan PDAM akan menghentikan pasokan air bersih yang melayani masyarakat di tiga daerah di Sulsel yakni kabupaten Takalar, Gowa dan Kota Makassar.

Belum lagi, lanjutnya, jika PDAM memaksakan menggunakan zat-zat kimia yang berlebihan dalam melakukan penjernihan air baku dikhawatirkan akan mengganggu kualitas air konsumsi masyarakat.

Elsim dan lembaga akademisi serta masyarakat yang mendukung program jaringan hijau mengajak semua pemerintah, DPRD, dinas terkait untuk melakukan langkah antisipasi melakukan penataan terhadap ancaman kondisi tersebut.

"Menata kondisi tanah dan hutan membutuhkan waktu yang tidak singkat. Kita tidak bisa berlaku seperti pemadam kebakaran, ada api baru datang," ucap dia.

Apalagi, kata dia fungsi bendungan Bili-Bili semakin memprihatinklan karena satu persatu manfaatnya sudah mulai hilang.

"Mulai dari pengendali banjir, irigasi hingga air bersih mulai bermasalah. Penyebabnya, tidak lain kerusakan vegetasi di DAS Jeneberang yang tidak diperhitungkan oleh pengerjaan proyek raksasa itu dibuat," ujar dia. (T.KR-HK/F003)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024