Makassar (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sulawesi Selatan melalui Komisi E bidang kesejahteraan rakyat mendorong Dinas Kesehatan (Dinkes) segera melakukan langkah antisipasi menekan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah pandemi virus corona jenis baru (COVID-19).
"Kami sudah rapat koordinasi untuk mendorong Dinkes segera mengantisipasi DBD, agar tidak menjadi masalah baru di tengah pandemi ini," ujar Anggota DPRD Sulsel Ismail Bachtiar di Makassar, Jumat.
Dia mengatakan selain COVID-19 yang menjadi perhatian utama, penyakit DBD juga perlu diberi perhatian sebagai bentuk antisipasi, mengingat kondisi cuaca saat ini terus berubah-ubah membuat penyakit bisa bermunculan.
Selain itu, aspek preventif atau pola pencegahan, kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu, mesti dijalankan.
Sebab, katanya, bukan hanya penanganan corona menjadi prioritas, tetapi bagaimana penanganan kesehatan lain, seperti, ibu hamil, ibu melahirkan, kekerdilan, hingga DBD.
"Saat ini masyarakat enggan ke rumah sakit dikarenakan pandemi COVID-19. Jangan kita fokus pada pandemi saja, tapi lupa penanganan kesehatan lainnya. Gejala DBD juga kan hampir sama dengan gejala corona," ungkap dia.
Selain ada tim penanganan COVID-19, katanya, Dinkes mestinya membentuk tim untuk penanganan penyakit lain, agar tidak terfokus pada satu penanganan. Hal itu, melihat kondisi di lapangan, jarang orang ke pusat pelayanan kesehatan maupun rumah sakit.
"Untuk penanganan DBD juga bisa ditangani di puskesmas, tinggal bagaimana peran Dinkes memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa pelayanan kesehatan di tingkat bawah berjalan," paparnya
Politikus muda itu berharap, pemerintah daerah tidak hanya fokus pada penanganan corona, tetapi penanganan penyakit lain, karena penyakit DBD juga menjadi ancaman di tengah pandemi.
Sebelumnya, Dinkes Provinsi Sulsel melansir penderita DBD mencapai 2.166 orang selama Januari hingga Mei 2020. Dari jumlah itu, 19 orang dinyatakan meninggal dunia.
"Ini data cakupan terakhir pada akhir Mei, untuk Juni belum direkap karena masih ada kabupaten/kota yang mengonfirmasi data terbaru di daerahnya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel dr Nurul Amin.
Ia merinci 19 orang yang meninggal dunia akibat penyakit DBD paling banyak ditemukan di Kabupaten Gowa dengan total enam orang, Kabupaten Enrekang empat orang, Maros tiga orang, Soppeng tiga orang, Jeneponto dua orang, dan Bone satu orang.
"Kami sudah rapat koordinasi untuk mendorong Dinkes segera mengantisipasi DBD, agar tidak menjadi masalah baru di tengah pandemi ini," ujar Anggota DPRD Sulsel Ismail Bachtiar di Makassar, Jumat.
Dia mengatakan selain COVID-19 yang menjadi perhatian utama, penyakit DBD juga perlu diberi perhatian sebagai bentuk antisipasi, mengingat kondisi cuaca saat ini terus berubah-ubah membuat penyakit bisa bermunculan.
Selain itu, aspek preventif atau pola pencegahan, kata politikus Partai Keadilan Sejahtera itu, mesti dijalankan.
Sebab, katanya, bukan hanya penanganan corona menjadi prioritas, tetapi bagaimana penanganan kesehatan lain, seperti, ibu hamil, ibu melahirkan, kekerdilan, hingga DBD.
"Saat ini masyarakat enggan ke rumah sakit dikarenakan pandemi COVID-19. Jangan kita fokus pada pandemi saja, tapi lupa penanganan kesehatan lainnya. Gejala DBD juga kan hampir sama dengan gejala corona," ungkap dia.
Selain ada tim penanganan COVID-19, katanya, Dinkes mestinya membentuk tim untuk penanganan penyakit lain, agar tidak terfokus pada satu penanganan. Hal itu, melihat kondisi di lapangan, jarang orang ke pusat pelayanan kesehatan maupun rumah sakit.
"Untuk penanganan DBD juga bisa ditangani di puskesmas, tinggal bagaimana peran Dinkes memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa pelayanan kesehatan di tingkat bawah berjalan," paparnya
Politikus muda itu berharap, pemerintah daerah tidak hanya fokus pada penanganan corona, tetapi penanganan penyakit lain, karena penyakit DBD juga menjadi ancaman di tengah pandemi.
Sebelumnya, Dinkes Provinsi Sulsel melansir penderita DBD mencapai 2.166 orang selama Januari hingga Mei 2020. Dari jumlah itu, 19 orang dinyatakan meninggal dunia.
"Ini data cakupan terakhir pada akhir Mei, untuk Juni belum direkap karena masih ada kabupaten/kota yang mengonfirmasi data terbaru di daerahnya," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulsel dr Nurul Amin.
Ia merinci 19 orang yang meninggal dunia akibat penyakit DBD paling banyak ditemukan di Kabupaten Gowa dengan total enam orang, Kabupaten Enrekang empat orang, Maros tiga orang, Soppeng tiga orang, Jeneponto dua orang, dan Bone satu orang.