Makassar (ANTARA) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan Sulkaf S Latief mengatakan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPI) mulai membaik pada kondisi normal baru. 

Hal itu dikemukakan Sulkaf pada Webinar yang mengusung tema "Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Sulsel’ di Makassar, Selasa. 

Dia mengatakan sebelumnya selama tiga bulan berturut-turut yakni Februari - April 2020 kondisi NTP dan NTPI terus menurun sebagai dampak dari COVID-19 yang menyebabkan pemerintah meniadakan ekspor perikanan. 

Sebagai gambaran, pada posisi Februari 2020 NTN tercatat 98,42  atau turun dibanding periode Januari 2020 yang masih 100.08 poin. Kondisi penurunan itu berlanjut pada Maret 97,30 dan April 2020 yang tercatat 95,94.   

Hal yang sama juga terjadi pada NTPI yang pada posisi Februari 2020 yang tercatat 97,11, selanjutnya turun pada Maret menjadi 96,46 dan April 2020 menjadi 93,59 poin.

"Pada masa pandemi COVID-19 dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) NTN dan NTPI sangat terpengaruh, namun itu kemudian mulai membaik ketika pemerintah mulai menyerukan agar masyarakat berdamai dengan COVID-19 dan menerapkan normal baru," kata Sulkaf. 

Kondisi itu terlihat NTN perlahan naik menjadi 97,46 pada posisi Mei dan Juni mencapai 97,99 poin. Hal yang sama juga terjadi pada NTPI yang pada Mei tercatat 94,77 poin dan Juni 2020 mencapai 96,24 poin.  

Pada kesempatan itu Sulkaf juga mengemukakan bahwa sekitar 75 persen warga Sulsel berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, namun pada masa pandemi bantuan sembako yang bagi warga terdampak COVID-19 untuk wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tidak secepat dan sebanyak yang diberikan pada warga yang ada  di wilayah daratan atau kota/kabupaten. 

Sementara pembicara lainnya Akademisi dari Fakultas Kelautan Universitas Hasanuddin Dr Syafyudin Yusuf dan Environmental Technical Advisor (ETA) dari LSM Blue Forests mengemukakan pentingnya menjaga terumbu karang untuk menjaga keberlangsungan pangan di sektor kelautan khususnya sumber protein hewani. 

Khusus terkait pentinganya menjaga kesehatan dengan peningkatan gizi yang berimbang, akademisi dari Sulawesi Barat Nurbaya, MSi menyoroti kondisi COVID-19 dengan dua faktor penentu keterjangkauan pangan bagi masyarakat yakni akses fisik dan akses ekonomi.  Tangkapan layar kegiatan Webinar yang mengusung tema "Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir dan Pulau-pulau Kecil di Sulsel’ yang diselenggarakan Mongabay Indonesia di Makassar, Selasa (21/7/2020). ANTARA Foto/Suriani Mappong   
 

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024