Mamuju (ANTARA) - Para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat mencoba mencari cara untuk menekan biaya produksi menyusul kenaikan harga dan kelangkaan kedelai di daerah itu.

Salah seorang pengrajin tahu dan tempe di Mamuju Budi Santoso, ditemui Jumat mengatakan, terpaksa mengubah ukuran tahu produksinya, akibat mahalnya dan langkanya kedelai.

"Kalau menaikkan harga, mungkin masyarakat tidak akan membeli sehingga terpaksa ukurannya yang kami ubah," kata Budi Santoso yang memiliki rumah produksi tahu dan tempe di kawasan Jalan Soekarno Hatta Kabupaten Mamuju.

Budi Santoso yang telah merintis usaha tahu dan tempe selama 20 tahun dan kini telah memiliki tujuh karyawan mengaku, saat ini harga kedelai di pasaran mencapai Rp10.000 per kilogram.

"Sebelumnya, harga kedelai hanya berkisar Rp8.000 per kilogram. Kenaikan ini tentunya sangat berpengaruh bagi kami karena harus membayar upah para pekerja, apalagi di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini," terang Budi Santoso.

Selain mengalami kenaikan harga, kedelai di Kabupaten Mamuju  juga sulit didapatkan di pasaran.

"Selama ini kami terpaksa menggunakan kedelai impor dari Amerika karena kedelai lokal tidak ada. Kalau kualitas, tentu kedelai impor sangat baik karena kadar airnya rata bedan dengan lokal kadar airnya tidak menentu," jelasnya.

Ia mengaku menjual tahu Rp1.000 per tiga biji dan Rp5.000 untuk empat buah tempe.

"Jadi, kami terpaksa mengubah ukurannya sementara harga jualnya tetap sama sebelum terjadi kenaikan harga kedelai. Inilah cara kami mensiasati kenaikan harga dan kelangkaan kedelai saat ini," tutur Budi Santoso.

"Walaupun kami mencoba mengubah ukurannya, tetapi tetap tidak bisa untung seperti pada saat harga kedelai normal, tetapi ini salah satu cara mensiasati agar konsumen tetap bisa membeli tahu dan tempe kami," tambahnya.

Para pengrajin tahu dan tempe di Mamuju kata Budi Santoso berharap pemerintah dapat mencarikan solusi atas kenaikan harga dan kelangkaan kedelai tersebut.

"Kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini sangat berdampak pada usaha tahu dan tempe. Jadi, kami berharap ada solusi dari pemerintah sehingga kami bisa berproduksi secara normal dan harga kedelai bisa kembali seperti biasa," kata Budi Santoso.

Pewarta : Amirullah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024