Sungguminasa, Sulsel (ANTARA News) - Penyidik Polresta Gowa dan Polda Sulawesi Selatan dan Barat yang melakukan penyelidikan kasus terbunuhnya Agusriyanto (22)menyatakan korban bukan penculik anak yang meresahkan masyarakat Sulsel dan Sulteng.

"Agus bukan salah seorang penculik anak seperti yang diisukan karena dia hanyalah korban dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan mengirimkan pesan singkat (SMS) serta membagikan selebaran di Sulteng dan Sulsel," ujar Kapolres Gowa AKBP Totok Lisdiarto di Sungguminasa, Gowa, Sulsel, Kamis.

Ia mengungkapkan, Agus yang menjadi korban amuk massa di Desa Pakatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, rabu (2/2) itu di ketahui berprofesi sebagai penjual buku di Bulukumba. Agus adalah warga Kecamatan Belang Wetan, Klaten.

Saat menggelar jumpa wartawan di Kantor Polresta Gowa, ia mengatakan, jika Agus adalah korban dari isu penculikan anak tersebut yang banyak meresahkan para ibu-ibu rumah tangga tersebut.

Diungkapkannya, korban ke Kabupaten Gowa bersama rekannya Andi Mulyadi dengan menggunakan mobil rental jenis Toyota Avanza.

Tujuannya ke Gowa adalah untuk untuk mengantar Siska Indira alias Lampe (15) dan kakaknya, Mantasia alias Melisa (25) yang sebelumnya dijemput di rumah kontrakannya di Jalan Nuri Makassar.

Usai menjemput Siska dan Melisa kemudian secara bersama-sama mereka berangkat ke Kampung Tabuakkang, Kecamatan Bungaya, Kabupaten Gowa.

Saat tiba di Desa Sapaya, tepatnya di pangkalan ojek, Siska lalu di turunkan dari mobil karena mobil tidak bisa masuk ke rumah neneknya.

Setelah menurunkan Siska, Andi Mulyadi yang mengemudikan kendaraan kemudian dihadang oleh massa yang sedang membawa senjata tajam dan diteriaki oleh massa jika Agus dan Mulyadi adalah komplotabn pencuri anak yang sedang dicari-cari itu.

Sesampainya di Desa Pakatto, bensin mobil yang mereka gunakan habis, sehingga memudahkan warga yang mengejar dengan menggunakan sepeda motor itu mendekat. Secara bersama-sama dengan warga Pakatto kemudian menghakimi Agus hingga tewas.

Pelaksana tugas Kabid Humas Polda Sulselbar, AKBP Muhammad Siswa mengatakan, isu dari SMS dan selebaran yang meresahkan warga itu sudah memakan korban, meskipun dirinya menyangkali jika isu yang meresahkan itu tidaklah benar tetapi berdampak pada psikologis masyarakat.

SMS dan selebaran yang banyak beredar di masyarakat itu berisikan imbauan dari Kapolres Palu yang menyebutkan jika komplotan pengincar manusia itu beraksi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.

Dalam selebaran itu juga diungkapkan jika komplotan mencari korban sebanyak 400 orang tua, muda maupun anak. Kabarnya, komplotan itu baru menculik warga sebanyak 100 orang dan masih membutuhkan 300 orang lagi.

Dalam beraksi, komplotan itu menggunakan kendaraan mobil Toyota Avansa Silver dengan nomor polisi DN 1857, memakai sepeda motor Suzuki Satria hitam DN 1011, sepeda motor Honda Revo DN 3838 dan sepeda motor Yamaha Mio.

Dalam selebaran itu juga otak pelaku diidentifikasi menggunakan tato kawat duri di bagian leher, memiliki bintik tato diantara keningnya dan diketahui bernama Jamal warga asal Parigi, Sulawesi Tengah.

"Pesan dari selebaran dan pesan singkat yang tidak bertanggungjawab itu sudah beredar di daerah Enrekang, Bone, Tanatoraja, Makassar dan Gowa," katanya.

Dirinya juga menyebutkan jika selebaran tidak bertanggungjawab itu sudah berkembang di Sulsel sejak satu bulan terakhir. Khusus untuk Gowa, informasi yang dianggap membuat warga menjadi resah dan bahkan menimbulkan korban jiwa itu diperkirakan sudah beredar sejak sepekan terakhir.

Selain itu, aparat Polda Sulselbar sudah melakukan konfirmasi ke Polda Sulteng terkait dengan pesan singkat yang meyebutkan jika SMS itu berasal dari Kapolres Palu.

Menurutnya, pesan singkat itu ternyata tidak benar sama sekali. Hanya saja, lanjut Siswa, isu tentang penculikan anak dengan pengambilan organ tubuh dengan kebutuhan hingga 400 kepala orang itu ternyata juga sudah beredar di Palu sejak beberapa bulan lalu.

"Kita sudah konfirmasi ke Polda Sulteng khususnya Polres Palu, ternyata disana bahkan tidak ada laporan kehilangan anak dan pesan selebaran serta SMS itu juga bukan dari Kapolres. Itu kerjaan dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab," jelasnya.(T.KR-MH/S016) 








Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024