Makassar (ANTARA) - Sistem pembelajaran jarak jauh bukan hal baru dalam dunia pendidikan. Konsep ini sejak beberapa tahun lalu telah diberlakukan di sejumlah kampus ternama di luar negeri dalam upaya memperluas jangkauan peserta didik dari sejumlah negara.

Pembelajaran jarak jauh atau yang keren dengan istilah "distance learning" atau "distance education" itu, bahkan telah menjadi salah satu penawaran istimewa bagi beberapa kampus dalam mengakomodasi kebutuhan pendidikan masyarakat di seluruh penjuru dunia.

Sebut saja salah satunya Central Queensland University (CQU) di Australia, yang begitu konsisten dalam menerapkan sistem pembelajaran yang tidak dibatasi oleh jarak, ruang, ataupun waktu itu.

Kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam hal ini para tenaga pengajar, serta didukung ketersediaan teknologi informasi yang terus mengalami perkembangan luar biasa, membuat sejumlah kampus tetap konsisten menjalankan aktivitas perkuliahan seperti itu.

Khusus di Indonesia, proses pembelajaran jenis ini juga bisa dikatakan bukan sesuatu yang aneh. Meski beberapa tahun sebelumnya pada umumnya hanya dilakukan oleh universitas terbuka, namun dalam perkembangannya semakin diminati.

Dan pada akhirnya pola atau skema proses belajar mengajar ini semakin akrab di telinga masyarakat, khususnya sejak mewabahnya virus COVID-19 di dunia, termasuk Sulawesi Selatan.

Dampak dari pandemi COVID-19, membuat semua tingkatan pendidikan seperti SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, kini dipaksa untuk beralih ke sistem pembelajaran jarak jauh.

Namanya terpaksa, tentu saja akan memunculkan berbagai persoalan atau masalah, mulai dari ketidaksiapan sumber daya, sarana dan prasarana atau infrastruktur hingga karakter siswa yang belum terbiasa dan tidak mudah beradaptasi.

Melihat beragam masalah yang bermunculan kemudian, membuat pihak terkait khususnya barisan tenaga pengajar dituntut lebih mempersiapkan diri.

Tujuannya begitu jelas, agar para peserta didik dapat menerima, memahami bahkan mencerna pembelajaran yang diberikan oleh para guru dan dosen yang hanya mampu dilihat melalui layar android ataupun laptop yang memiliki keterbatasan ruang.

Sekretaris Disdik Sulsel Hery Sumiharto memahami kondisi yang tengah terjadi.

Untuk itu, Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan terus berupaya mendorong sekaligus menantang para guru menghasilkan inovasi atau ide kreatif dalam proses belajar mengajar.

Inovasi itu di antaranya bisa dengan belajar sambil bermain, membuat modul yang menarik dan unik, bermain kuis di sela-sela pembelajaran, menyelipkan gambar-gambar lucu ataupun karikatur dan sebagainya.

Disdik juga tidak memberikan batasan kreativitas bagi guru dalam upaya pengembangan karakter dan kemampuan siswa.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan sejauh ini, Disdik Sulsel mengaku tetap optimistis dan percaya dengan kapasitas yang dimiliki para tenaga pengajar di daerah itu.

Meski tidak secara keseluruhan, diakui pelaksanaan program belajar melalui daring yang dilakukan para guru di daerah itu sudah berjalan cukup baik.

Apalagi dengan kecanggihan teknologi informasi saat ini, tentunya sedikit banyak ikut membantu dan memudahkan peran guru agar tetap mampu mengembangkan kecerdasan para peserta didik masing-masing.

Beragam aplikasi yang telah disediakan seperti zoom meeting, google class room, edmodo dan sebagainya, dengan pengaplikasian yang begitu mudah, tentu dapat dimaksimalkan untuk menunjang dan mengefektifkan proses belajar "online" atau virtual.

"Kita tentu ingin bagaimana dengan waktu pertemuan yang tidak terlalu lama, namun efektif dan bisa ditangkap oleh siswa," ujarnya.

Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman senantiasa mendorong PGRI untuk menjadi garda terdepan dalam menjaga proses belajar mengajar tetap berjalan pada masa pandemi saat ini.

Banyak harapan yang diperuntukkan bagi PGRI sebagai garda terdepan bagi dunia pendidikan khususnya pembentukan karakter anak yang begitu penting dilakukan dalam kondisi seperti sekarang ini.

Dalam upaya pengembangan karakter, maka penting memberikan pendidikan Pancasila, pendidikan agama, penerapan konsep pendidikan berbasis kearifan lokal, disiplin keilmuan, serta diharapkan penerapan "green education".

Dengan fokus pada pendidikan ini diharapkan mampu membentuk suatu pendidikan karakter yaitu religius, sikap jujur, rasa tanggung jawab, disiplin, peduli sosial, kerja keras, peduli lingkungan, kreatif, gemar membaca, mandiri, cinta damai, dekoratif, bersahabat, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, semangat kebangsaan dan tentunya cinta Tanah Air.

Salah satu guru SDIT Al Huda BTP Makassar Erni membeberkan kegiatan pengembangan pendidikan karakter dilakukan oleh siswa atau santri dalam berbagai kegiatan keagamaan seperti menghafal surah-surah pendek, hafal Al Quran, menghafal doa, niat shalat wajib dan gerakannya bisa dilihat melalui rekaman video dan sebagainya.

Dalam proses pengembangan karakter tentu dalam pengawasan guru dan orang tua siswa secara langsung.

Begitu pula dalam upaya menanamkan rasa tanggung jawab dan kedisiplinan, bisa dilakukan dengan memberikan tugas kepada setiap siswa untuk diselesaikan dan dikumpulkan sesuai waktu yang telah ditentukan. Untuk menyukseskan kegiatan ini tentu butuh koordinasi antara guru dan orang tua murid.

Wagub Sulsel Andi Sudirman memberikan gagasan pembelajaran selama pandemi COVID-19 yakni dengan menerapkan modul mengajar "offline" atau luar jaringan.

Dalam modul ini maka guru bisa melakukan pendampingan saja. Bisa juga dilakukan dengan cara merekam penjelasan guru pilihan yang kemudian diperbanyak dan disebarkan sebagai bagian transfer ilmu.

Konsep ini tentunya menjadi alternatif bagi siswa yang berada di daerah terpencil dan tertinggal yang tanpa dukungan infrastruktur khususnya internet ataupun listrik.

Pengembangan karakter siswa tentunya menjadi tanggung jawab setiap orang khususnya di masa pandemi COVID-19 yang penuh dengan keterbatasan.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024