Makassar (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) Drh Anak Agung Putu Joni Wahyuda mengimbau masyarakat agar mewaspadai satwa liar yang dapat menjadi pemicu munculnya jenis penyakit baru.

"Satwa liar yang ada di sekitar masyarakat itu harus diwaspadai, karena disinyalir dapat menyebabkan munculnya jenis penyakit baru," kata dia di Makassar, Selasa, menanggapi adanya komunitas satwa liar yang hidup di sekitar masyarakat.

Satwa liar berupa kelelawar yang habitatnya ada di Kota Watansoppeng, Kabupaten Soppeng dan komunitas kelelawar di Desa Samangki, Kabupaten Maros berada di kawasan pemukiman masyarakat.

Menurut dia, kedua lokasi yang menjadi habitat satwa liar itu patut diwaspadai, meskipun bukan berarti masyarakat harus takut yang berlebihan, sehingga mengancam habitat kelelawar itu.

Salah satu contoh jenis penyakit baru yang dimediasi oleh satwa liar dan sudah berada di Asia Tenggara yakni penyakit Nipah yang menjadi pandemi di Malaysia dan Papua Nugini.

"Nipah virus itu adalah suatu jenis penyakit baru yang ada di Malaysia sana yang ditularkan oleh kelelawar," katanya.

Agung mengatakan ditemukannya satu kasus kematian warga asal daerah yang berjulukan "Kota Kalong" itu karena divonis radang otak oleh dokter, belum ditelusuri lebih jauh penyebabnya yang boleh jadi karena virus Nipah yang ada di lingkungan sekitarnya.

Apalagi, dari hasil survei PDHI diketahui sekitar 75 persen penyakit baru itu disebabkan dari satwa, sehingga masyarakat harus waspada, baik dengan hewan peliharaan maupun hewan yang hidup liar di alam bebas. Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (PDHI Sulselbar) Drh Anak Agung Putu Joni Wahyuda (kedua kanan) bersama Kepala Balai Besar KSDA Sulsel Thomas Nifinluri. ANTARA Foto/ Suriani Mappong

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024