Makassar (ANTARA) - Wali Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan Moh Ramdhan Pomanto membahas pengelolaan sampah dengan Kedutaan Besar Kanada untuk Indonesia.
"Saya banyak membahas mengenai pengelolaan persampahan yang kami lakukan dan memang ada beberapa konsep yang ditawarkan juga. Saya tidak menerimanya karena tidak tepat," ujar dia di Makassar, Rabu.
Wali Kota yang menjadi pembicara dalam seminar internet (webinar) yang dilaksanakan Kedutaan Kanada itu ia mengatakan, pengelolaan persampahan bisa menjadi nilai tambah bagi masyarakat dan itu sudah dirasakan oleh banyak orang di Makassar melalui bank sampah.
Danny Pomanto dalam webinar itu menyatakan jika konsep yang ditawarkan oleh kedutaan dan perlu pengkajian yakni mengenai biaya titip (tipping fee) yang menurutnya sangat besar.
"Saya menolak itu tipping fee. Selama dua tahun lebih Kota Makassar dipimpin oleh penjabat wali kota, tidak ada komparasi mengenai teknologi yang digunakan, tetapi kalau saya itu ada pengalaman. Makanya, saya tolak itu tipping fee," katanya.
Dalam webinar itu dia menjelaskan apa yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan persampahan tersebut dan salah satunya adalah program sampah tukar beras dan tabungan bank sampah.
Menurut dia, pengelolaan sampah yang dilaksanakannya cukup efektif mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) yang awalnya lebih dari 1.000 ton per harinya hingga akhirnya berkurang di bawah 1.000 ton per harinya.
Selain itu, edukasi dan pemilahan sampah organik dan bukan organik termasuk sampah plastik juga menjadi keberhasilan dalam pengelolaan persampahan.
"Yang pasti masalah persampahan masih menjadi prioritas kami juga. Beberapa rencana program yang lama di periode pertama saya juga masih akan dilanjutkan yang diantaranya rencana pengembangan pengelolaan sampah menjadi sumber energi," ucapnya.
"Saya banyak membahas mengenai pengelolaan persampahan yang kami lakukan dan memang ada beberapa konsep yang ditawarkan juga. Saya tidak menerimanya karena tidak tepat," ujar dia di Makassar, Rabu.
Wali Kota yang menjadi pembicara dalam seminar internet (webinar) yang dilaksanakan Kedutaan Kanada itu ia mengatakan, pengelolaan persampahan bisa menjadi nilai tambah bagi masyarakat dan itu sudah dirasakan oleh banyak orang di Makassar melalui bank sampah.
Danny Pomanto dalam webinar itu menyatakan jika konsep yang ditawarkan oleh kedutaan dan perlu pengkajian yakni mengenai biaya titip (tipping fee) yang menurutnya sangat besar.
"Saya menolak itu tipping fee. Selama dua tahun lebih Kota Makassar dipimpin oleh penjabat wali kota, tidak ada komparasi mengenai teknologi yang digunakan, tetapi kalau saya itu ada pengalaman. Makanya, saya tolak itu tipping fee," katanya.
Dalam webinar itu dia menjelaskan apa yang telah dilaksanakan dalam pengelolaan persampahan tersebut dan salah satunya adalah program sampah tukar beras dan tabungan bank sampah.
Menurut dia, pengelolaan sampah yang dilaksanakannya cukup efektif mengurangi volume sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) yang awalnya lebih dari 1.000 ton per harinya hingga akhirnya berkurang di bawah 1.000 ton per harinya.
Selain itu, edukasi dan pemilahan sampah organik dan bukan organik termasuk sampah plastik juga menjadi keberhasilan dalam pengelolaan persampahan.
"Yang pasti masalah persampahan masih menjadi prioritas kami juga. Beberapa rencana program yang lama di periode pertama saya juga masih akan dilanjutkan yang diantaranya rencana pengembangan pengelolaan sampah menjadi sumber energi," ucapnya.