Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) merilis tingkat inflasi bulanan dari berbagai daerah di provinsi itu di angka 0,36 persen dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,03 menjadi 106,42 pada Maret 2021 yang sebagian besar disebabkan oleh naiknya harga cabai rawit.

Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah di Makassar, Kamis, mengatakan inflasi Sulsel pada Maret 2021 dikarenakan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yang salah satunya itu komoditi cabai rawit.

"Ada 10 komoditi penyumbang inflasi tetapi ada juga 10 komoditi yang menjadi penyeimbang melalui deflasi, sehingga laju inflasi tidak terlalu tinggi," ujarnya.

Ia mengatakan kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar yakni 1,26 persen; kemudian kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,09 persen; kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,19 persen.

Pada kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,06 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,08 persen; dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,26 persen. 

Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi yaitu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen; kelompok transportasi sebesar 0,37 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,21 persen.

"Inflasi berdasarkan daerah sampelnya itu yang tertinggi pertama Makassar 0,44 persen, kemudian Bulukumba 0,11 persen, dan Parepare 0,10 persen. Sementara dua kota lainnya itu deflasi yakni, Watampone minus 0,10 persen dan Palopo minus 0,1 persen," katanya.

Yos menyebutkan tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,99 persen dan tingkat inflasi secara year on year (yoy) atau dari Maret 2021 terhadap Maret 2020 sebesar 2,07 persen.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024