Makassar (ANTARA) - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Prof Nizam PhD IPM ASEAN Eng menerima pin keinsinyuran dari Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
"FTI UMI menyerahkan pin keinsinyuran kepada Dirjen Dikti Kemendikbud atas dedikasinya," kata Humas UMI Nurjannah Abna SS MPd dalam keterangannya di Makassar, Jumat.
Dalam keterangan itu Prof Nizam mengatakan Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) pertama kali lahir dari UMI. Dengan keberanian dan kenekatan sehingga saat ini sudah 1.200 alumni dari FTI UMI.
Ia menjelaskan, sektor Insinyur saat ini menjadi sektor yang terbuka secara regional dan menuju terbuka secara internasional. Dalam sejarahnya, Indonesia belum memiliki insinyur profesional dan itu menjadi tantangan untuk mewujudkan profesi insinyur dengan cepat.
"Hal ini karena belum ada undang-undang yang mengatur. Namun setelah melalui pembahasan panjang dengan Komisi X DPR RI terbitlah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2014 yang menjadi dasar penerbitan profesi insinyur di Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya, lanjut Prof. Nizam, lulusan Fakultas Teknik bergelar Insinyur, namun setelah tahun 1979 berubah menjadi Sarjana Teknik dan SKSnya turun dari 165 sks menjadi 144 sks.
"Di dalam undang-undang keinsinyuran, diatur profesi insinyur bisa didapat melalui dua cara yakni pengalaman yang disetarakan atau melalui pendidikan profesi," kata Nizam.
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil UGM itu mengungkapkan tugas terbesar bagi institusi pendidikan adalah menyelenggarakan pendidikan reguler profesi insinyur dengan harapan anak didik mendapatkan kompetensi sebagai seorang insinyur yang profesional.
"PR terbesar seorang insinyur adalah menciptakan yang belum ada menjadi ada, sehingga kalau melihat proyeksi dari kebutuhan industri sangat tinggi tetapi kemampuan kita untuk menghasilkan insinyur masih sangat terbatas," ujarnya.
Prof Nizam mengungkapkan keprihatinannya dengan malpraktik keinsinyuran yang masih terjadi,
"Jembatan baru jadi roboh, gedung baru jadi roboh, ini menunjukkan bahwa mengawal marwah profesi insinyur menjadi tugas kita bersama. Tapi saya yakin dengan semangat kita untuk melakukan perbaikan dan mau belajar, insya allah akan lebih baik," harapnya.
Prof Nizam juga berpesan untuk menjaga profesionalisme, menjaga marwah dari keinsinyuran. "Karena yang bisa menjaga marwah keinsinyuran itu dua, kita perguruan yang menghasilkan insinyur dan PII," jelasnya.
"FTI UMI menyerahkan pin keinsinyuran kepada Dirjen Dikti Kemendikbud atas dedikasinya," kata Humas UMI Nurjannah Abna SS MPd dalam keterangannya di Makassar, Jumat.
Dalam keterangan itu Prof Nizam mengatakan Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPPI) pertama kali lahir dari UMI. Dengan keberanian dan kenekatan sehingga saat ini sudah 1.200 alumni dari FTI UMI.
Ia menjelaskan, sektor Insinyur saat ini menjadi sektor yang terbuka secara regional dan menuju terbuka secara internasional. Dalam sejarahnya, Indonesia belum memiliki insinyur profesional dan itu menjadi tantangan untuk mewujudkan profesi insinyur dengan cepat.
"Hal ini karena belum ada undang-undang yang mengatur. Namun setelah melalui pembahasan panjang dengan Komisi X DPR RI terbitlah Undang-undang Nomor 11 Tahun 2014 yang menjadi dasar penerbitan profesi insinyur di Indonesia," jelasnya.
Sebelumnya, lanjut Prof. Nizam, lulusan Fakultas Teknik bergelar Insinyur, namun setelah tahun 1979 berubah menjadi Sarjana Teknik dan SKSnya turun dari 165 sks menjadi 144 sks.
"Di dalam undang-undang keinsinyuran, diatur profesi insinyur bisa didapat melalui dua cara yakni pengalaman yang disetarakan atau melalui pendidikan profesi," kata Nizam.
Guru Besar Fakultas Teknik Sipil UGM itu mengungkapkan tugas terbesar bagi institusi pendidikan adalah menyelenggarakan pendidikan reguler profesi insinyur dengan harapan anak didik mendapatkan kompetensi sebagai seorang insinyur yang profesional.
"PR terbesar seorang insinyur adalah menciptakan yang belum ada menjadi ada, sehingga kalau melihat proyeksi dari kebutuhan industri sangat tinggi tetapi kemampuan kita untuk menghasilkan insinyur masih sangat terbatas," ujarnya.
Prof Nizam mengungkapkan keprihatinannya dengan malpraktik keinsinyuran yang masih terjadi,
"Jembatan baru jadi roboh, gedung baru jadi roboh, ini menunjukkan bahwa mengawal marwah profesi insinyur menjadi tugas kita bersama. Tapi saya yakin dengan semangat kita untuk melakukan perbaikan dan mau belajar, insya allah akan lebih baik," harapnya.
Prof Nizam juga berpesan untuk menjaga profesionalisme, menjaga marwah dari keinsinyuran. "Karena yang bisa menjaga marwah keinsinyuran itu dua, kita perguruan yang menghasilkan insinyur dan PII," jelasnya.