Bantaeng, Sulsel (ANTARA News) - Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur berminat mengembangkan pertanian pola Legowo-21 seperti yang dikembangkan di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan.

"Kami tertarik dengan sistem pertanian di daerah ini. Karena itu, bila dimungkinkan, kami ingin Bantaeng membantu petani kami," kata Bupati Bojonegoro Suyoto saat menyaksikan penanaman padi sistem Legowo-21 dan Brigade Siaga Bencana (BSB) pda kunjungan silaturahim di Bantaeng, Senin.

Suyoto tiba di Bantaeng bersama Ketua DPRD Bojonegoro Thalhah. Selain itu, hadir pula Ketua DPRD Kabupaten Sijunjung Mukhlis, Ketua DPRD Kota Padang Panjang Novi Hendri dan Ketua DPRD Bekasi Azhar Laena.

Rombongan yang juga alumni Lemhanas Angkatan IV itu diterima Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah, Wakil Bupati HA Asli Mustadjab, Sekda HM Yasin, Staf Ahli Bupati Bidang Pertanian Dr Mokhtar serta para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait.

Menurut Bupati Bojonegoro yang juga didampingi Nyonya Suyoto, meski memiliki potensi minyak, Bojonegoro memiliki kondisi yang sama dengan Bantaeng. "Dengan penduduk 1,4 juta jiwa, kami juga memiliki wilayah dataran rendah dan tinggi karena itu agrobis juga menjadi perhatian kami," tandasnya.

"Hanya saja, saya belum pernah melihat system penanaman padi seperti di Bantaeng, padahal saya sudah keliling," katanya kagum.

Untuk meningkatkan produksi pertanian di wilayanya, ia akan membawa petani ke Bantaeng untuk melihat langsung sistem pertanian yang menarik tersebut. "Tapi, bila memungkinkan, saya sangat berharap Bantaeng bisa mengajari petani kami di Bojonegoro," tandasnya.

Hal senada juga dikemukakan Ketua DPRD Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat Mukhlis serta Ketua DPRD Padang Panjang Novi Hendri. Selain tertarik di bidang pertanian, ia juga mengemukakan ketertarikannya terhadap lembaga Tanggap Bencana (Brigade Siaga Bencana) yang siap 24 jam dan gratis.

Muklis dan Novi juga berjanji akan mendatangkan unsur terkait dengan pertanian serta kesehatan untuk mempelajari kedua bidang tersebut. `?Untuk membangun gedung, kan mudah. Asal ada uang sudah bisa, tapi memberi inovasi seperti yang dilakukan Bupati Bantaeng, belum tentu bisa dilakukan. Karena itu, kita haus mempelajari dengan seksama," ucapnya.

Pada kesempatan tersebut, Novi Hendri juga membeberkan pelaksanaan kesehatan gratis berbasis asuransi yang hanya menghabiskan Rp2,5 miliar dari APBD.

Hanya dengan modal KTP, masyarakat sudah bisa dilayani petugas kesehatan, baik di rumah sakit, Puskesmas maupun fasilitas kesehatan lainnya, namun untuk rawat inap, pasien hanya memperoleh fasilitas kelas tiga.

Menjawab Kadis Kesehatan Kabupaten Bantaeng dr Takudaeng, ia mengatakan, PNS, TNI dan Polri sudah tidak masuk dalam kategori karena mereka sudah ditanggung negara.

"Yang kita masukkan dalam program gratis hanyalah masyarakat yang belum memperoleh tanggungan negara," urainya. Dengan demikian, masyarakat bisa memanfaatkan dananya untuk keperluan lain, tambah Novi Hendri.

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah saat itu memperkenalkan potensi pesisir, dataran rendah dan tinggi yang dibangun secara bersamaan. Menurutnya, sebagai daerah yang memiliki wilayah terkecil di Sulsel, tak ada jalan lain untuk menggenjot potensi melalui teknologi.

Melalui pengembangan teknologi pertanian, Bantaeng kini telah mengembangkan 20 varietas dengan pola Legowo-21. Melalui pola ini, anakan lebih banyak dibanding sistem tanam biasa (tanggul jajar).

Dengan pola Legowo, produksi pertanian mencapai rata-rata 8 - 13 ton. Menghadapi iklim yang tidak menentu, Bantaeng kini mengembangkan varietas padi gogo yang memiliki daya tahan lebih serta dapat dilakukan dengan sistem tumpang sari.

Sedang untuk pengembangan jagung, Pemda bekerjasama BPPT mengembangkan Bima 3. Jenis ini juga bertahan pada tanah marginal, terang Bupati Nurdin Abdullah.(T.KR-HK/F003) 

Pewarta :
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024