Bantaeng (ANTARA News) - Perusahaan milik pemerintah dari Malaysia yang tergabung dalam Sirim Bhd membangun industri cuka berbahan baku nira (ballo) di Bantaeng, Sulawesi Selatan.

Industri yang akan memenuhi kebutuhan ekspor ke Jepang, Timur Tengah, China dan Malaysia itu, pada tahap awal akan memproduksi cuka sebanyak 200 liter per hari dengan kapasitas produksi 15 ribu liter per bulan.

Wakil Ketua Tim Teknis Sirim Bhd, Ishak M Yusuf bersama timnya di lokasi industri tersebut, Rabu, mengatakan, pembangunan industri ini akan memanfaatkan potensi nira dari aren, lontar atau dari nipa yang banyak terdapat di berbagai daerah di Sulsel.

"Untuk bahan baku kami tidak khawatir, karena berbagai daerah di Sulsel seperti Jeneponto, Bone, Soppeng, Wajo dan beberapa daerah lainnya memiliki potensi minuman yang banyak digemari itu," katanya.

Ia mengatakan produksi nira dari masyarakat tersebut akan diserap kemudian dijernihkan di industri ini. "Setelah itu dilakukan pengemasan untuk dipasarkan ke manca negara," kata Ishak sembari memperlihatkan fasilitas penampungan nira dan mesin pengolahannya yang sudah terpasang.

Menurut dia, mesin-mesin tersebut tinggal menunggu pasokan listrik.

Menjawab pertanyaan, Wakil Ketua Tim Teknis BUMN Malaysia yang bergerak di bidang penelitian, standarisasi dan industri itu mengatakan, investasi yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

Untuk membangun industri tersebut, pihaknya tidak mengeluarkan investasi yang terlalu besar, hanya Rp350 juta.

Namun, kata dia, diharapkan banyak membawa manfaat kepada masyarakat di daerah ini dan sekitarnya.

Menurut dia, peralatannya sederhana, hanya berupa tangki dan alat penjernih. "Namun, kami berharap kehadiran industri ini dapat membantu Pemkab Bantaeng dan sekitarnya untuk mengurangi pengangguran," katanya.

Selain itu, kata dia, diharapkan pula dapat mengurangi dampak sosial akibat banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi nira secara berlebihan hingga mabuk.

Dr Nandi Kuswandi dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dalam kesempatan yang sama mengatakan dari aspek ekologinya, pohon aren tetap dapat dilestarikan.

"BUMN Malaysia ini juga akan membantu sertifikasi 'eco labeling' atau sistem pertanian yang tidak merusak lingkungan," katanya.

Ishak mengatakan di luar negeri cuka yang diproduksi Sirim dijadikan minuman kesehatan. "Penduduk Jepang, China, Singapura, Timur Tengah dan negara lainnya menjadikan cuka sebagai minuman segar yang disajikan setiap pagi," katanya.

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah menyambut baik pembangunan industri cuka di wilayahnya.

Ia mengatakan industri tersebut akan melengkapi industri yang sudah hadir terlebih dahulu, di antaranya industri pengolahan ikan milik PT Global Seafood International Indonesia (GSII).

Industri dengan investasi Rp40 miliar tersebut memproduksi "fish nugget surimi" beku (frozen) untuk diekspor ke Jepang.

"Bantaeng juga sudah mengekspor biji kapok dan tongkol jagung ke Korea," kata Bupati Nurdin Abdullah.(T.KR-HK/M008)

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024