Makassar (ANTARA) - Dekan Sekolah Pascasarjana Unhas Prof Dr Jamaluddin Jompa PhD mendorong adaptasi model kolaborasi multipihak atau pentahelix yang inovatif untuk menjadi produsen rumput laut terbesar di dunia.

"Untuk mencapai target menjadi produsen komoditas olahan rumput laut terbesar dunia, Indonesia perlu mengadaptasi model kolaborasi pentahelix yang inovatif," kata Prof Jamaluddin pada webinar bertajuk "Tropical Phyconomy Coalition Development" secara virtual, Kamis.

Prof Jamal menjelaskan, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan industri rumput laut yang memiliki daya saing global dari segi kuantitas, jenis dan kualitas.

Dengan potensi budidaya dan keanekaragaman yang tinggi, Indonesia memiliki peluang mengembangkan berbagai jenis produk rumput laut baik untuk pangan, kosmetik, obat-obatan hingga pakan ternak.

Apalagi rumput laut dapat mendukung ketahanan pangan, bahkan dapat berkontribusi pada pangan dunia.

Kebutuhan rumput laut sebagai sumber protein alternatif sangat potensial untuk dikembangkan. Budidaya rumput laut secara massal juga sekaligus mampu mendukung mitigasi perubahan iklim dan pencapaian target SDGs

"Pemerintah, akademisi, industri, komunitas dan media dengan peran serta kontribusi mereka sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang tepat," jelas Prof. Jamal.

Pembicara lainnya yakni Dr Loretta Robinson juga menyampaikan pandangannya terkait "Developing Cultivation Systems and Best Management Practices for Carribean Carrageenophytes in USA Waters".

Dirinya mengatakan negara-negara kecil Karibia dan negara kepulauan kehilangan sumber daya karena perubahan iklim, polusi nutrisi, pengasaman laut, hilangnya habitat padang lamun, tekanan penangkapan ikan, dan kehilangan pendapatan pariwisata sebagai dampak COVID-19.

Loretta mengatakan pengembangan dan pertumbuhan budidaya rumput laut tropis yang dikelola dengan baik di wilayah tersebut dapat membantu mengatasi masalah sambil menyediakan sumber biomassa rumput laut baru dan biofuel di masa depan.

"Kami sedang menjajaki peluang untuk memperluas budidaya rumput laut di Karibia dan Teluk Meksiko bekerja sama dengan mitra di 15 lembaga dengan lokasi penelitian di Puerto Rico, Florida, dan Belize," ujarnya.

"Bersama-sama kami membuat prototipe sistem budidaya yang memungkinkan kegiatan budidaya ditempatkan di area lepas pantai hingga melakukan analisis ekonomi," sambung Loretta.

Temuan dari upaya ini akan disesuaikan dengan kondisi di Karibia dan Teluk Meksiko dan dapat disesuaikan untuk lokasi lain dengan ancaman lingkungan yang serupa atau kebutuhan untuk mata pencaharian alternatif laut.

Pewarta : Abdul Kadir
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024