Makassar (ANTARA) - Pemanfaatan listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) telah menjangkau hampir separuh dari sekitar 30 dusun terpencil di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.
"Hingga saat ini tersisa sekitar 15 dusun yang belum teraliri listrik dan Insya Allah segera teraliri listrik pada akhir 2021," kata Wakil Bupati Sinjai Hj Andi Kartini Ottong saat dikonfirmasi, Senin, menanggapi upaya menerangi 100 persen dusun terpincil di wilayah kerjanya.
Salah satu upaya melistriki dusun terpencil itu, melalui listrik hijau atau ramah lingkungan yakni EBT Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berasal dari air aliran sungai.
Salah satu contohnya adalah PLTMH Balantieng di Dusun Balantieng, Desa Bontotengnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai. Dusun dengan 80 KK ini dengan rumah yang tersebar di lembah dan perbukitan di wilayah perbatasan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba ini, 68 KK diantaranya sudah memanfaatkan PLTMH dalam empat tahun terakhir.
Hal itu dibenarkan Kepala Desa Bontotengga, Kaswan Mahmud. Dia mengatakan, Sedang sisanya yakni 12 KK juga mendapatkan sarana penerangan dari listrik PLN masih berbahan bakar fosil.
Menurut dia, keberadaaan PLTMH itu pada awal 2017 sanagt membantu dalam menggerakkan rode perekonomian warganya yang mayoritas petani dan tukang kayu.
"Pada malam hari masih bisa beraktivitas mengiris-iris daun tembakau, karena sudah ada penerangan yang memadai. Juga anak-anak bisa belajar dengan terang pada malam hari," katanya.
Untuk mengoperasikan sekaligus merawat PLTMH yang dibangun Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2016 itu, dua operator kakak beradik yakni Muhammad Nur dan Sudirman yang merupakan warga setempat, sudah dilatih oleh pihak ESDM.
"Setiap hari kami harus mengontrol rumah/gardu PLTMH, dan dua kali sepekan harus memberikan pelumas pada alat-alatnya. Belum lagi pada musim hujan, biasanya harus bermalam di rumah PLTMH, karena harus mengontrol air yang masuk bebas dari sampah," kata Sudirman.
Meski dengan honor bulanan yang hanya Rp100 ribu - Rp200 ribu per bulan, kedua kakak beradik tersebut tetap mendedikasikan dirinya untuk pemenuhan listrik warga yang baru
menikmati penerangan dalam empat tahun terakhir.
.
Wakil Bupati Sinjai Hj Andi Kartini Ottong. ANTARA / HO/ Striani
"Hingga saat ini tersisa sekitar 15 dusun yang belum teraliri listrik dan Insya Allah segera teraliri listrik pada akhir 2021," kata Wakil Bupati Sinjai Hj Andi Kartini Ottong saat dikonfirmasi, Senin, menanggapi upaya menerangi 100 persen dusun terpincil di wilayah kerjanya.
Salah satu upaya melistriki dusun terpencil itu, melalui listrik hijau atau ramah lingkungan yakni EBT Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berasal dari air aliran sungai.
Salah satu contohnya adalah PLTMH Balantieng di Dusun Balantieng, Desa Bontotengnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai. Dusun dengan 80 KK ini dengan rumah yang tersebar di lembah dan perbukitan di wilayah perbatasan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba ini, 68 KK diantaranya sudah memanfaatkan PLTMH dalam empat tahun terakhir.
Hal itu dibenarkan Kepala Desa Bontotengga, Kaswan Mahmud. Dia mengatakan, Sedang sisanya yakni 12 KK juga mendapatkan sarana penerangan dari listrik PLN masih berbahan bakar fosil.
Menurut dia, keberadaaan PLTMH itu pada awal 2017 sanagt membantu dalam menggerakkan rode perekonomian warganya yang mayoritas petani dan tukang kayu.
"Pada malam hari masih bisa beraktivitas mengiris-iris daun tembakau, karena sudah ada penerangan yang memadai. Juga anak-anak bisa belajar dengan terang pada malam hari," katanya.
Untuk mengoperasikan sekaligus merawat PLTMH yang dibangun Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2016 itu, dua operator kakak beradik yakni Muhammad Nur dan Sudirman yang merupakan warga setempat, sudah dilatih oleh pihak ESDM.
"Setiap hari kami harus mengontrol rumah/gardu PLTMH, dan dua kali sepekan harus memberikan pelumas pada alat-alatnya. Belum lagi pada musim hujan, biasanya harus bermalam di rumah PLTMH, karena harus mengontrol air yang masuk bebas dari sampah," kata Sudirman.
Meski dengan honor bulanan yang hanya Rp100 ribu - Rp200 ribu per bulan, kedua kakak beradik tersebut tetap mendedikasikan dirinya untuk pemenuhan listrik warga yang baru
menikmati penerangan dalam empat tahun terakhir.
.