Dia menyebutkan berdasarkan data per 20 November 2024, kasus baru berada di angka 27.256 kasus. Sedangkan pasien TBC yang berhasil diidentifikasi selama 2023 sebanyak 27.141 kasus.
Berbeda dengan penyakit pada umumnya, Julia menjelaskan jika temuan kasus TBC meningkat maka dianggap program intervensi dalam mengidentifikasi kasus cukup baik dan berhasil. Sebab penanganan TBC bisa segera dilakukan agar penularan penyakit ini tidak semakin luas.
Kendati temuan kasus baru TBC meningkat, namun angka tersebut belum mampu mencapai target penelusuran pasien TBC di tengah masyarakat. Berdasarkan target Kementerian Kesehatan sebanyak 45.556 kasus terdapat di Sulawesi Selatan.
"Data per hari ini baru 60 persen yang kita berhasil temukan dari target 45.556 kasus. Tahun lalu malah hanya 58 persen yang ditemukan dari target 47.075 kasus," ujarnya.
Pada kegiatan ini, diharuskan terjun langsung ke lapangan dalam penemuan dengan menggunakan alat yang bernama Portable X-Ray pada 17 kabupaten dan kota.
Dia mengatakan ni merupakan sebuah bentuk inovasi dalam melakukan skrining terduga TBC yang menjadi kontak erat dan kontak serumah kasus indeks. Selain itu kolaborasi program juga menjadi poin penting dalam peningkatan penemuan kasus TBC.
TBC-HIV dan TBC-DM merupakan kolaborasi efektif yang sejauh ini telah dilaksanakan. Seperti pelaksanaan skrining dengan X-ray pada penyandang DM yang dilaksanakan di Kota Makassar dan Kabupaten Pangkep.
"Ada juga Kolaborasi antar layanan pemerintah dan swasta yang mendorong peningkatan kasus TBC di Provinsi Sulawesi Selatan," kata dia.
Pelibatan Tempat Praktik Mandiri Dokter (TPMD) dan Klinik pemerintah/swasta yang telah dilakukan beberapa tahun terakhir ini juga menjadi salah satu strategi yang efektif dalam peningkatan penemuan kasus TBC.